Jumat, 02 September 2016

UANG PANAIK : PEGHORMATAN KEPADA PEREMPUAN

Film bertajuk Uang Panaik itu pasti seru. Itu saja, tdk banyak yg bisa saya komentari. Heeeeee, Nahdla belum bisa dibawa keluar rumah lama lama. Apalagi ke bioskop, tdk mungkin anak cantik saya itu tahan dengan kebisingannya. Itu berarti, saya blm sempat menikmati langsung film yg dibintangi Ikram Noer itu.

Tapi sudahlah, menonton atau tdk bukan sesuatu yg terlalu serius. Yang jelas adanya, org yang bermaksud melamar gadis Bugis-Makassar dapat dipastikan akan merasakan derasnya perjuangan. Kecuali kalau mau silariang (kawin lari), lain ceritanya. 

Perjuangan itu keras karena calon mempelai laki laki harus menyanggupi dua hal yg berbeda. Pertama Mahar dan kedua Uang Panaik. Yang pertama tadi adalah Syariat Islam dan yang terakhir adalah produk budaya. Keduanya memang beda tapi bagi org Bugis Makassar, status wajib keduanya hampir sama.

Mahar yang diajukan keluarga calon mempelai perempuan biasanya hanya cincin emas 1 sampai 3 gram lengkap seperangkat alat salat. Sampai disini suku Bugis Makassar biasa biasa saja. Sama dengan daerah yg masyarakatnya memeluk agama Islam. Tapi uang panaiknya jangan dulu. Uang nominal puluhan bahkan sampai ratusan juta akan jd Uang Panaik yg tdk jarang membuat calon mempelai laki laki kembali pulang untuk berikir ulang.

Lalu bagaimana org memandang Uang Panaik itu? Sebagian mungkin menganggapnya berlebihan. Mempersulit sunnah. Menghalangi kebaikan dalam Islam. Dan sebaiknya dihilangkan saja. Tapi bagi org Bugis Makassar, dan ini sepertinya sudah tersepakti jauh jauh sebelumnya, Uang Panaik merupakan penghormatan besar terhadap dua hal. Pertama penghormatan pada ritual pengesahan hubungan suami isteri itu sendiri dan kedua penghormatan khusus kepada perempuan.

Bagi suku Bugis Makassar, pernikahan bukanlah main main apalagi coba coba. Pernikahan adalah penghelatan yang suci dan sakral. Dan memudah mudahkan yg suci dan sakral tersebut akan memudahkan pula perceraian. Untuk yang terakhir ini adalah asumsi saya pribadi. Heeeeee. Tapi untuk membuktikannya silahkan lakukan penelitian angka perceraian di wilayah Timur ini lalu bandingkan dngan wilayah lain.

Selain itu, org Bugis Makassar juga memberi penghormatan kepada perempuan terlampau tinggi. Uang Panaik sama sekali bukan harga. Krn perempuan  bagi org bugis tdk lah memiliki harga. Sama seperti kejujuran, ia tdk punya harga rupiah. Karena perempuan adalah mahluk paling mulia bahkan kemuliaan itu sendiri.

Jadi, Uang Panaik itu bukan tradisi untuk menjegal sunnah. Uang panaik adalah tradisi penghormatan kepada pernikahan dan perempuan. Selain itu, Uang Panaik juga merupakan uji kemampuan seorang laki laki untuk menghidupi anak isterinya kelak. 

Tukamasea, 03 Agustus 2016

Rabu, 31 Agustus 2016

MENJADI KARYAWAN, ITU LONCATAN

Sebenarnya sudah tiga kali saya merencanakan tulisan ini ada di atas kertas putih. Tapi tiga kali pula tulisan ini harus menghendus-hendus di kepalaku. Hingga akhirnya kuberanikan diri untuk memainkan tombol keyboard, kutulis semua yang ada di kepala. semuanya. Aku berniat menuntaskan tulisan ini, unek-unek yang betah dalam kegelisahanku beberapa hari terakhir. 

Saya menunda-nunda tulisan ini bukan karena tidak cukup kata dan kalimat untuk menuntaskannya, melainkan karena status saya. Profil saya saat ini bekerja di salah satu perusahaan. Yang berarti kolom pekerjaan yang ada di KTP saya tertuliskan sebagai karyawan swasta. 
Dengan status seperti di atas tadi, tulisan ini akan terkesan subjektif atau tidak bebas nilai. Minimal sulit meyakinkan pembaca bahwa tulisan ini tidak bermaksud mengajak mereka untuk bergabung menjadi manusia terpenjara, melainkan mengingatkan teman-teman karyawan bahwa tujuan terakhir kita bukan di situ tapi “leang kubur” Haaaaaaa. 

Oh iya, tentang subjektifitas tulisan, saya kira semua tulisan tidak sepenuhnya subjektif dan juga tidak seluruhnya objektif. Setiap tulisan yang dianggap objektif, memang melibatkan data atau fakta, tapi di sana kita juga kerap menemukan serakan asumsi-asumsi penulis, begitupun sebaliknya. 

Satu lagi, menurut hemat saya, tidak ada tulisan yang bebas nilai. Semua tulisan yang lahir dari rahim pemikiran seseorang, kerap diwarnai oleh lingkungan, pola pikir, ideologi, agama, bahkan jenis makanan yang ia konsumsi pada hari itu ikut terlibat menyelesaikan tulisannya.

Kembali ke laptop. Pernah suatu waktu teman saya Anust, sebut saja namanya begitu, ngomong ke saya kalau dirinya tidak bisa bekerja dalam satu perusahaan. Saya tanya, kenapa tidak bisa? Alasannya sederhana ; tidak mau terikat. Dirinya terbiasa hidup tanpa aturan yang ketat. Tidak ada atasan, tidak ada bawahan. Tidak ada pemandangan tembok yang membosankan, warna catnya yang itu itu saja, apa tidak bosan kalau begitu. Lalu saya Tanya lagi, di perusahaan mana kamu pernah bekerja?  Jawabannya ; belum pernah.

Wele wele, begini nih rasanya mendengar “dongen” betapa asyiknya dan betapa tenangnya perasaan tinggal di negeri Turki sana dari seorang informan yang tidak pernah sekali saja menginjakkan kaki di negeri yang baru-baru saja Sultannya menetapkan aturan kebebasan PNS nya menggunakan Hijab. Lah kalau begitu, selama ini pegawai negeri di sana tidak bebas pakai Jilbab yah. Sakitnya tuh di sini (tunjuk batok kepala anda).

Saya lanjut yah, rata-rata angkatan kerja Indonesia mendambakan menjadi karyawan. Kita coba buka data. Tolong yah jangan minta saya meng-copy link sumber datanya. Dari 127,67 juta orang angkatan kerja, lebih delapan puluh persen memilih jadi karyawan swasta. Sembilan belas koma sekian persen berserakan di mana-mana, diantaranya pengusaha, politikus, petani bahkan penulis mungkin terselip juga di sini.

Lalu kenapa segitu banyaknya berminat jadi karyawan swasta? Jawabannya sederhana. Jumlah penduduk miskin yang mencapai 11,13 % dari keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2015 berkurang menjadi 10,86% tahun 2016, bisa jadi hanya asumsi atau kesimpulan BPS yang subjektif. Mungkin tidak benar yah. Wah itu tidak mungkin, kan selama ini Badan Pusat Statistik tersebut bekerja berdasarkan angka-angka. Angka yang diperoleh dari sensus yang dilakukan langsung ke masyarakat. Kalau begitu lupakan saja. Saya hanya bermaksud mengabarkan bahwa peminat karyawan swasta itu kebanyakan kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Lalu kenapa menjadi karyawan swasta? Bisa jadi, dengan menjadi karyawan, seseorang akan mengumpulkan modal untuk membuka usaha sendiri. Atau bisa jadi, dengan menjadi pelayan perusahaan, sekaligus menjalankan bisnis. Menjadi karyawan sambil berusaha jadi penulis atau politikus juga bisa. 

Kenapa begitu? Menjadi pengusaha hanya modal dengkul doang itu mitos. Saya ulangi, menjadi pengusaha hanya modal dengkul doang itu mitos. Apalagi menjadi politikus tanpa duit. Oh sulitnya minta ampun. Terlebih jadi penulis, bagaimana mungkin tulisan bisa “clear” kalau perut keroncongan setiap harinya. Satu contoh lagi, bagaiamana bisa menjadi aktivis yang idealis, memperjuangkan nasib rakyat banyak kalau masih disuapi. Ribet masalahanya.

Di pargraf terakhir ini saya ingin memberi informasi “lebay” kepada tema-teman karyawan. Bahwa tujuan hidup kita masih panjang, masih jauh sejauh kuburan kita. Terlalu rendah cita-cita kalau hanya ingin jadi karyawan dalam sebuah perusahaan. Kita terlalu istimewa jika selama 36 tahun usia yang kita miliki sepenuhnya dihibahkan ke perusahaan. Untuk itu, menjadikan status ini sebagai batu loncatan untuk hal-hal yang lebih “serius” adalah kemungkinan yang tidak mustahil.

Maros, 01 September 2016


Minggu, 31 Juli 2016

BOM BUNUH DIRI

Hati hati sekali saya mengetik tentang ini. Sangat sensitif. Tapi beruntung, akhir-akhir ini tdk trand dibicarakan. Tampaknya pelaku pelakunya menunggu momen tepat atau mencari tempat paling cocok u merusak citra agama.
Meski tdk populer, biarlah catatan ini ada di beranda ini. Minimal mengabadikan yg saat ini saya fikirkan.
Bom bunuh diri adalah serangan seseorang/kelompok u membunuh org lain dan bermaksud untuk turut mati. Serangan membunuh diri u mlumpuhkan lawan ini menjadi terkenal pada masa Perang Dunia II.
Ketika kapal-kapal Sekutu diserang oleh pilot-pilot Jepang yg dikenal dengan nama Kamikaze Jepang. Dengan berani dan bermodal kobaran semangat nasionalisme menerbangkan pesawat terbang mereka yang dimuati dengan bahan peledak ke sasaran-sasaran militer.
Sebagai salah satu taktik perang yang populer dijalankan pada abad ke 21 ini, setidaknya ada tiga semangat yang dimiliki seseorang rela mengorbankan dirinya sendiri ini.
Pertama :
Semangat nasionalisme seperti Pilot Jepang tadi. Mereka memiliki jiwa patriot yg tdk bs ditawar tawar lagi. Pasukan Sultan Mahmud II (Muhammad al-Fatih) pun pernah melakukan hal serupa saat terperangkap dalam lorong bawah tanah lawan. Dengan menggunakan obor dan minyak bumi yg ada dalam ruang bawah tanah, mereka membakar dan meledakkan diri dngan berjamaah. Dan ledakan itu berhasil menembus masuk ke benteng pertahanan lawan.
Bagi prajurit-prajurit pemberani macam tadi. Berjuang membela tanah air adalah wajib. Dan pengorbanan u kemerdekaan bangsa dan tanah air tdk lah ringan, tidak kecil dan tdk main main. Kadang kadang Nyawa harus dibaktikan untuk kehormatan tanah kelahiran.
Kedua :
Semangat panatisme beragama. Terlepas kelompok tersebut sengaja dibentuk u merusak citra agama sebagai aturan tuhan paling sahih di dunia ini. Bom bunuh diri dengan semangat kolot ini akan menjadi taktik paling epektif untuk menghancurkan lawan.
Hebatnya, taktik ini bukan hanya membunuh lawan dan merusak infratruktur secara langsung, tapi juga mengakibatkan kegaduhan sosial. Kekhawatiran dan rasa tidak aman akan meliputi rakyat negara bersangkutan dan disinilah momen paling pas u melemahkan lawan.
Bagi pelaku bom bunuh diri jenis ini, tindakan tersebut adalah perjuangan sungguh sungguh u memerangi kemudaratan. Ini bentuk bakti seorang umat u menegakkan hukum agamanya. Usaha untuk memerangi angkara murka. Dan ini adalah jalan untuk memperoleh balasan nikmat setelah mati.
Ketiga :
Semangat ekonomi. Pernah ada film tentang seorang pemuda yg ditinggal mati bapaknya. Ia tinggal di rumah kontrakan bersama emaknya yg sdh tua rentah. Suatu hari pemilik rumah datang, minta anak muda dan emaknya tadi keluar dr kontrakkan. Sdh tiga bulan mereka tdk bayar kontrakan.
Saat bersamaan, anak muda itu ditawari bergabung dlm tim basket
Salah satu tim besar di Jakarta. Ditawari gaji perbulan dengan jumlah yg cukup besar. Ia terima. Bukan karena jumlahnya tp karena butuhnya yg kebelet.
Bisa jadi salah satu alasan seseorang mau terlibat dalam aksi bom bunuh diri itu seperti di atas. Seseorang yang hidup serba berkekurangan. Anak dan isteri mau makan, org tua mau berobat, utang sana sini, lalu datang tawaran bermodalkan Nyawa doang. Yap mau apalagi. Demi org org yang disayang, cap teroris tak jd soal.
Sebenarnya masih ada satu alasan lg. Ini lebih kejam. Lebih menyayat hati. Seperti dalam salah satu film Rambo. Sylvester Gardenzio Stallone, sebagai pemeran utama angkat senjata melawan negaranya sendiri demi menyelamatkan Nyawa anak dan isterinya dr ancama musuhnya. Ia melakukan apa saja agar nyawa keluarganya tdk melayang.
Tukamasea, 23 Juli 2016

KULIAH BAIK-BAIK SAJA, TIDAK USAH BERORGANISASI

Pesan ini disampaikan teman kepada salah seorang mahasiswa di kampung. Ia mantan karyawan Bank BRI dan sekarang, setelah keluar dr BRI, kembali diterima di Bank Mandiri.
Dia sendiri yang bilang ke saya kalau dia pernah bilang kayak gitu ke mahasiswa tersebut. Saya tidak menanggapi. Hanya mendengar dan memahami alasan alasannya.
Setiap org memang punya cara masing masing untuk menjalani hidup. Itu pilihan. Pilihan sadar, pilihan intelektualitas. Termasuk dalam menjalani perjalanan akademik di kampus. Cara masing masing menyeriusi perkuliahan beda-beda. Termasuk teman saya tadi.
Saya sendiri punya pandangan lain darinya tentang dunia kampus. Bahwa pendidikan kampus tidak jauh beda dengan sekolah. Di sana kita akan bertemu dengan kelompok yang Paolu Preire sebut sebagai kelompok "penekan" (guru/dosen). Dan kita ini yang menurut kritikus pendidikan Brazil tersebut sebagai kelompok "tertekan" (siawa/mahasiswa).
Masih menurut Freire; sistem didik yg dijalankan oleh guru/dosen tadi adalah sistem Bank. Bagaimana sistem bank? Peserta didik adalah rekening yang kosong dan guru/dosen tadi lah yg akan mengisinya. Pengetahuan dan informasi yg diberikan tadi mutlak kebenarannya. Buktinya apa? Pada saat ujian akhir, kita harus mengisi jawaban sama persis dngan informasi yg diberikan pengajar yg lalu-lalu. Kalau tidak, yap nilainya Minus.
Berangkat dr sinilah saya berpandangan lain dr teman saya yg tadi. Bahwa menyeriusi perkuliahan bukan hanya serius menongkrongi mata kuliah baku yg sesuai kurikulum kampus. Rumah, kampus, rumah, kampus, lalu rumah lagi, kemudian kampus lagi. Begitu terus sampai ijaza ada di tangan. Karena di sana kita tdk banyak menemukan pengetahuan yg membentuk kita jd manusia merdeka dan memerdekakan.
Menyeriusi perkuliahan itu harus ekstra sibuk. Sibuk dengan mata kuliah, sibuk dngan lembaga internal kampus, sibuk bersama lembaga ekstra kampus dan sibuk dengan kerja kerja sosial, sibuk cari pembayaran SPP dll. Ini lah mahiswa yg paripurna. Saya yakin jenis pemuda macam inilah yg menurut Soekarno akan bs menggoncangkan Nusantara.
Mahasiswa harus punya lembaga lembaga pendidikan alternatif baik intra maupun ekstra kampus. Di sana ia akan menimbah banyak pengetahuan yang tdk diberikan kampus. Tdk ada tekanan di sana, apalagi ujian semester. Yang ada hanya proses. Proses panjang.
Dari sana lah karakter identitas kebangsaan terbentuk dalam dirinya. Kepekaan-kepekaan sosial pun akan disemai di sana. Ia menjadi mahasiswa berkarakter dan tdk beronani dengan pengetahuannya sendiri. Kelak, saat Toga sudah di kepala dan status Sarjana melengkapi namanya, ia bukan hanya bernilai u dirinya sendiri tapi juga bernilai bagi keluarganya, tetangganya, kampungnya, bangsa dan agamanya.
Tukmasea, 25 Juli 2016.

SAYANG

Sayang, kamu tahu kenapa seseorang tampak sangat kuat. Seseorang tampak baik baik, sehingga org lain mengiranya dia betul betul kuat, dia betul betul baik baik saja?
Itu karena ia tdk pernah mengeluh. Ia menjaga sakitnya tidak dilihat org lain. Luka yg menderanya ia lawan, ia obati dengan sungguh-sungguh. Tanpa harus mengeluh kepada org lain, terutama kepada teman yg belum tentu teman.
Sayang, kamu tahu siapa yg saya maksud teman tp belum tentu teman? Ia adalah teman teman kamu di facebook. Teman teman kamu di instagram. Teman teman kamu di line juga di Bebeem.
Hati hati dengan teman teman macam tadi. Jangan biarkan mereka tahu banyak tentang kamu terutama masalah dan kelemahanmu. Karena di sana banyak jalan untuk menjatuhkanmu.
Sayang, jadikan org tuamu sebagai teman paling dekat denganmu. Curhat. Ceritakan semua masalah masalahmu pada keduanya. Minta masukan dan solusi atas semua masalah yg membuatmu lelah.
Selanjutnya jadikan hening untuk memasak masukan masukan tadi. Bangun tengah malam sayang. Kalau sempat Salat lah. Kalau tidak, bangun saja. Bercengkrama dengan sunyi. Timbang baik baik masalah dengan masukan yg ada, lalu gapailah solusinya.
Sayang, begitu saja. Sederhana. Hidup memang sederhana. Ada masalah pasti ada solusi. Ada hidup pasti ada mati, lalu hidup lagi. Kenapa ada masalah? karena kita masih berakal. Fungsinya akal yap itu tadi, menyelesaikan masalah.
Tukamasea, 26 Juli 2016

SAYA MALU SENDIR

Lama saya merenung. Tentang diri sendiri tp mungkin juga dirasakan oleh org muda lainnya. Tentang kita yang lahir dr kampus, lalu bekerja dalam satu perusahaan atau instansi pemerintahan. Terima upah setiap bulannya. Aman. Tapi ketika kita merasa aman, kala itulah sebenarnya kita betul betul tdk aman.
Jauh jauh sebelumnya saya sudah tahu bahwa kalau mau sukses finansial harus berwira usaha. Titik. Itu saja. Nabi Muhammad mengingatkan itu ratusan tahun silam. Tapi hanya sebatas tahu. Sampai saat ini beraniku tak pernah penuh u memulai. Saya malu sendiri, tdk sanggup menaklukkan takut itu.
Padahal sangat banyak anak muda bangsa yg berhasil membusungkan dadanya dengan berwirausaha. Diantaranya Faldi Adisajana di Bandung misalnya. Diusianya ke 23 tahun, ia berhasil menyulap lumut jadi boneka unik dan cantik. Saat ini ia berhasil meraup omset 30 sampai 50 juta perbulannya. Bagaimana saya tdk malu.
Nadiem Makarim, seorang pengusaha muda Indonesia yg sukses membaca peluang online. Ia mendirikan PT. GO-JEK sebagai perusahaan jasa transportasi dngan menggunakan ojek dengan segala kemudahan. Ia mendirikan perusahaan teknologi itu diusianya yg ke 27 tahun. Malu saya.
Satu lagi, Tokopedia, sebuah startup jual beli online yang menghubungkan penjual dan pembeli diseluruh Indonesia dengan biaya gratis. Startup itu resmi berdiri 6 Februari tahun 2009 kemarin. Lalu tanggal 17 Agustus kemudian, Tokopedia resmi diluncurkan ke publik setelah mendapatkan suntikan dana dari para Investor. Tokopedia bahkan mendapatkan penghargaan sebagai e-commerce terbaik di Indonesia dari Bubu Awards.
Perusahaan tersebut tak lain didirikan oleh seorang pemuda bernama William Tanuwijaya, ia lahir di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 18 November 1981. Bayangkan. Diusianya ke 28 tahun ia berhasil mendirikan perusahaan.
Bagaimana saya tdk malu sendiri dengan mereka mereka tadi. Org org yang tdk terkurung dlm zona nyaman. Mereka keluar dr rasa nyaman itu lalu masuk ke sebuah lembah. Lembah yg di dalamnya terdapat banyak peluang dan ancaman. Dengan memaksimalkan sumber daya yg ada mereka menjemput peluang peluang yg ada dan mengubur ancaman dalam dalam.
Tukamasea, 26 Juli 2016

TOKO MIKRO RUMAHAN

Malam tadi saya di pasar alfa. Beli susu untuk Nahdla. Sebelum ke sana saya sempat ke salah satu toko di kampung. Biasanya di sana tersedia susu SGM untuk usia bayi 0 - 6 bulan. Tapi malam tadi saya kurang beruntung. Susu yang biasa saya beli itu habis terjual.
Saya terpaksa ke alfa. Malam malam. Saya tak mau tangis Nahdla mengganggu tidur tetangga krn alasan susunya yang habis.
Di sana, di pasar kecil itu kita akan mendapati semua yg dibutuhkan untuk konsumsi sehari hari di rumah. Bukan hanya makanan kering, sayur mayur bahkan tersedia di sini. Saya tidak tahu bagaimana awalnya perusahaan besar itu menyurvei kebutuhan konsumtif masyarakat pedesaan. Yg jelas di sana disediakan semuanya.
Pelayanan di situ tdk dipertanyakan lagi baiknya. Manejemen pelayanan yg diberikan karyawanannya betul betul sempurna. Mirip mirip pelayanan perbankkan. Senyum dan keramahan akan membuat kita betah lama lama berbelanja.
Kondisi toko yang bersih dan dingin, serta tata letak barang jualan yg rapi menambah minat setiap pelanggan untuk kembali lagi. Apalagi jika perusahaan melakukan politik damping. Dengan melakukan harga promo beberapa jenis barang. Ibu ibu akan banyak memborong minyak goreng, popok dan susu untuk bayinya.
Semua yang saya tuliskan di atas adalah syarat syarat untuk menarik minat konsumen serta mempertahankannya u tetap loyal. Pola pola tersebut ada dlm salah satu materi mata kuliah manejemen pemasaran. Dan strategi tersebut sudah diadopsi pasar alfa dan pasar keci modern lainnya dari awal kemunculannya.
Lalu bagimana kondisi toko toko mikro rumahan masyarakat kita saat ini yg tumbuh menggurita di Maros? Saya belum mengapdate hasil sensus ekonomi yg baru baru dilakukan oleh BPS. Tapi saya yakin ratusan pedagang mikro rumahan yg ada di Maros sama sekali belum menggunakan atau minimal belajar menerapkan manejemen pertokoan modern macam tadi.
Toko toko kecil rumahan masih menggunakan sistem purba. Ukurannya paling luas 3 x 4 dengan kondisi yg kumuh. Barang dagangan disusun dalam lemari bertumpuk tumpuk. Hampir semuanya dlm lemari. Termasuk rokok. Yg digantung hanya shampo dan krupuk krupuk. Lalu di depan toko berserakan tabung gas dan air galong plus sampah di mana mana.
Barang dagangan yg diperjual belikan masih sangat terbatas. Pilihannya sangat sangat kurang. Belum lagi penjualnya yg tidak bersahabat. Rambut acak acakan ditambah wajah yg irit senyum. Kita jarang mendengar ucapan terima kasih keluar dr mulut penjual penjual td.
Lengkap lah sudah. Lengkap kelemahan kelemahan pedagang mikro kita. Di satu sisi kita layak berbangga, bahwa Masyarakat perlahan sadar bahwa berdagang adalah solusi u ekonomi yg lesu. Tempat jualan yang saya sebut toko mikro rumahan tadi cukup membantu masyarakat u memenuhi kebutuhan sehari harinya. Itu gerakan ekonomi masyarakat MEA. Di sisi lain kita juga prihatin dengan sistem purba yg masih terus diadopsi mereka.
Lalu bagaimana solusinya? Pemerintah tentu harus hadir di semua lini untuk masyarakatnya. Termasuk dalam persoalan tadi. Kalau memang butuh, pemerintah boleh membonceng pihak ketiga untuk melakukan peningkatan SDM Usaha Mikro tadi. Pemerintah bisa meminta itu ke alfa atau ke pasarkecil modern lainnya. Minimal sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahan kepada masyarakat. Dari sana mereka akan faham bagaimana mengelola TMR berbasis pelayanan. Tahu menata barang jualan dengan rapi. Membuat toko yang bersih dan enak dipandang mata.
Dengan begitu usaha Toko Mikro Rumahan akan berkembang pesat. Bukan hanya kuantitasnya tapi juga kwalitasnya. Saya menduga, hanya dengan begitu pedagang pedagang kecil tadi bisa bersaing di pasar bebas sekarang ini. Di sana ada harapan. Minimal masyarakat dengan sendirinya menolak pasar alfa masuk ke desa bahkan ke dusun dusun. Dengan tersebarnya toko mikro rumahan yg modern tadi kita bisa menunda masyarakat berbelanja di pasar Asing tadi.
Tukamasea 27 Juli 2016

MENEMBUS TABIR

Dikisahkan seorang raja menggelar sayembara. Yaitu menghancurkan batu paling keras yang pernah ada dalam kerajaan. Hadiah yg disiapkan raja tidak kecil. Kepingan kepingan emas disiapkan raja sebagai penghargaan.
Singkat kisah diundanglah semua org org yang dikenal memiliki kekuatan kekuatan lebih. Hadir dan datang hanya untuk menghancurkan batu tadi. Org pertama memukul dengan segenap kekuatan yg dimiliki. Org kedua juga. Org ketiga sampai org ke 99 menggunakan kekuatan penuh dan kesaktiannya untuk mendapatkan kepingan kepingan emas tadi.
Namun 99 org tadi hanya menuai kecewa. Batu itu tetap utuh. Raja yg terlanjur yakin batu tersebut tak mungkin pecah, senyam senyum dengan bangganya. Semua penonton terenyak diam penuh harap. Berharap ada peserta yg bisa menuntaskan sayembara itu.
Tak diduga tapi tetap diharapkan, penonton dihenyakkan oleh peserta yang tampil dengan santai dan tenang. Dengan sekali pukulan, batu itu pecah dan hancur. Raja terdiam. Matanya tertancap pada batu keras seketika lebur hanya dngan satu kali pukulan. Penonton menganga dan tercengang. Saat harapan mulai pupus, peserta ke 100 berhasil memecah suasana dan menghancurkan batu Raja.
Apa pelajaran yg bs diambil dr kisah di atas? Ketika seseorang menghancurkan benda keras dengan pukulan ke 100. Benda itu bukan lebur hanya karena pukulan ke 100. Ada 99 pukulan yang membuatnya tertekan dan lemah. Yang beruntung adalah yang bisa manfaatkan peluang. Sejarah dibuat dngan memanfaatkan peluang, bukan menafikannya saat ada di depan mata karena idealisme u mandiri. Seseorang boleh saja menunjukkan gunung, tapi yang mendaki adalah kita. Yg akan mencapai puncak adalah kita.
Tukamasea, 28 Juli 2016

MENIKAH

Sepertinya topik ini selalu hangat dikalangan anak muda yang sudah berusia, terutama laki-laki di atas umur 25 tahun. Saat berkumpul bersama sama, selain membicarakan masa lalu yg pernah dilewati bersama, menikah akan jadi bahan perbincangan paling gurih.
Yang sudah menikah biasanya sangat bersemangat dlm perbincangan seperti ini. Meledak ledak menyampaikan pengalamannya mengarungi bahtera kehidupannya bersama isteri dan anaknya.
Yang akan menikah juga tdk mau kalah. Motivasi motivasi menikahnya dia ungkapkan, sekali kali mengabarkan tentang calon isterinya, calon mertuanya, itu semua membuat wajahnya tampak basah.
Berbeda dengan kawan yang blm ada rencana ke sana. Biasanya ia jd pendengar paling diam. Tapi ia gelisa. Sekali kali melontarkan alasan alasan kenapa belum ada rencananya ke dimensi kehidupan paling kompleks tersebut.
Selain menisbahkan diri sebagai bagian dr golongan Nabi Muhammad, yang berarti menjadi umat beliau, dan selanjutnya berarti mengikuti Sunnah manusia Suci itu, menikah memang adalah tuntutan hidup.
Kenapa? Karena hanya dengan aqad itulah, nafsu kebinatangan kita bisa diikat dalam ikatan yang suci. Karena hanya dengan hubungan suci itulah kita bisa memperoleh keturunan yang halal. Dan nampaknya, menikah cukup kuat menyokong seseorang menjadi manusia paripurna.
Yang di atas itu sederhana. Sederhananya persis saat mengucap aqad nikah. Lalu apa yang cukup rumit di sini? Kriteria kawan. Agama memberi 4 kriteria calon isteri. Nabi Muhammad menekankan itu: hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Ini dicatat abadi dlm kitab sahabat Abu Hurairah ra.
Sebagai umat Muslim tentu kita mau bersandar pada kriteria tadi. Tapi untuk menemukan ke 4 kriteria tersebut dalam diri seorang perempuan sungguh sesuatu yang teramat sulit. Beruntung, kreteria yang disampaikn dlm hadis yg diriwayatkn oleh Bukhari-Muslim tersebut di ditutup dengan penekanan bahwa : "Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung." Artinya, jika tdk bisa memperoleh empat kriteria secara utuh maka kriteria agama patut didahulukan.
Selain kriteria tersebut di atas. Ada yang paling penting diperhatikan u kita laki laki yg hendak menempuh hidup di atas puncak tersebut. Kesiapan mental. Siapapun orangnya, dari latar belakang apapun itu, jika ini yang tidak siap. Ancaman rumah tangga akan dihempaskan angin beliung akan besar. Kita boleh lemah di ekonomi atau mungkin lemah pengetahuan tentang bagaimana menjadi awak rumah tangga. Tapi lemah dr sisi mental jangan.
Itu saja kawan. Jd menikahlah. Tp ingat ingat, siapkan mentalmu. Banyak banyak minum kopi. Krn menjadi awak rumah tangga seperti minum kopi. Pahit pahit manis. Tapi kadang pahitnya lebih mendominasi. Yap memang harus mendominasi, karena klo gula mendominasi bukang NGOPI namanya, tapi NGEGULA. WKWKWKKK
Tukamasea, 30 Juli 2016

MENGUNDI NASIB

Ulama tidak pernah berbeda faham, bahwa judi itu terlarang. Di sana ada dosa besar. Juga efek besar. Quran dan Hadis mengecam itu. Tiga kali kitab langit itu menyebut-nyebut salah satu dosa besar tersebut. Agama memang tidak sekedar melarang umatnya untuk melakukan satu perkara. Selalu ada alasan alasan mudarat bagi pelakunya jika tetap nekat melanggar. Karena memang agama bukan untuk Malaikat-malaikat, apalagi untuk tuhan sendiri. Agama ada untuk mengatur tatanan kehidupan manusia. Sekali lagi : untuk manusia.
Dari sudut pandang manapun, Judi tidak punya banyak manfaat bagi pelakunya. ia hanya memberi harapan harapan semu : Pakai modal sedikit untuk dapat untung banyak. Persis teori Adam Smit. Tapi sekali lagi, itu hanya harapan semu. Tidak ada keuntungan rill di sana. Selebihnya hanya berbuah penyesalan. Itu pasti. Selain judi, perbuatan sia-sia lainnya, yang dinggap sebagai perbuatan Syetan adalah mengundi nasib menggunakan anak panah. Mengundi nasib menggunakan anak panah dapat diartikan mempertaruhkan sesuatu untuk menentukan nasib orang yang mempertaruhkan tersebut. Lotre adalah salah satu jenis usaha yang mempraktekkan perbuatan yang dipandang fasik oleh agama ini.
Lotre merupakan jenis usaha yang banyak diminati orang. Meskipun modalnya cukup besar tapi prospek keuntungannya amat besar. Bayangkan saja, hadiah yang disediakan misalnya hanya 35 bungkus rokok dengan harga kita rata-ratakan 17 ribu rupiah perbungkusnya. Jika dikalikan, total hadiah yang kita peroleh hanya 595 ribu rupiah. Ditambah biaya operasional misalnya 200 ribu rupiah, jadi total modal yang digunakan adalah 795 ribu rupiah. Sedangkan kupon yang dipasang di dalam papan Lotre ada sekitar 1164 kupon termasuk kupon yang memiliki angka berhadiah 35 dikurang 2 hadiah free. Jika jumlah kupon yang ada dalam papan Lotre tersebut dikalikan 1000 rupiah saja maka kita akan memperoleh hasil 1.164.000 rupiah. Sangat pantastik bukan. Itu baru satu papan, bagaimana jika pengusaha macam ini menyebar 100 atau 100 papan Lotre. Ah masyaallah dhe untungnya. Ini baru jenis Lotre kecil-kecilan. Banyak di desa-desa. belum level nasional apalagi internasional yang hadiahnya sampai ratusan juta rupiah.
Sampai di situ sebenarnya belum ada masalah. Hitungan-hitungan sederhana di atas sudah masuk kategori logika bisnis. Tapi bagaimanapun itu adalah praktek mengundi nasib dan itu dilarang. Bagaimana praktek mengundi nasibnya? Kita punya uang 5000 rupiah, lalu uang itu kita jadikan taruhan mencabut kupon dalam papan yang sudah ditutupi kertas minyak dengan harapan mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan. Ini jelas bukan praktek jual beli karena jual beli akadnya jelas. Ada uang dan ada barang fisik yang akan dibeli, bukan untung-untungan. Ini mengundi nasib, kira-kira mirip dengan Togel.
Sekali lagi, agama melarang penganutnya melakukan suatu perbuatan bukan karena ego teologis melainkan demi manusianya sendiri. Apa yang dirugikan dalam praktek harap-harap cemas ini? Uang kita tentunya. Jenis bisnis ini memiliki zat semacam nikotin emosional. Coba sekali, mau dua kali, uda dua kali, mau ketiga kalinya, sudah itu kita mau berkali-kali. Begitu terus menerus hingga kita mau beratus kali. Begitu nikotin bekerja di otak kita. Pada akhirnya, kita akan candu. Kalau candu, uang ratusan ribu akan ludes di sana. Uang yang seharusnya kita gunakan untuk hal yang lebih bermanfaat akan habis di atas papan panas yang tak mengenal rumus tadi.
Turikale, 31 Juli 2016

Senin, 21 Maret 2016

Goyangan Zaskia Gotik

Jika hari ini kita mengetik kata Pancasila di mesin pencarian "gugel", layanan sosial networking itu akan menampilkan berita tentang Zaskia Gotik sepenuhnya. Artinya Zaskia sukses menjadi jualan paling laris 5 hari terakhir yang akan menggemukkan celengan Sergey dan kawan-kawannya.

Berita yang menyeret artis kelahiran tahun 90 ini pada persoalan yg cukup serius. Dirinya dipandang olej banyak netizen telah melecehkan simbol negara dan terancam masuk bui kurang lebih 6 tahun lengkap dengan dendanya.

Insiden itu berawal saat perempuan kelahiran 90 itu diundang dalam acara Dasyat kemarin tanggal 15 Maret 2016 Kemudian dirinya bermain kuis bersama Ayu Ting Ting dan Julia Peres yg dipandu oleh Denny Cagur.

Pertanyaan candaanpun diajukan ke dirinya, "Tanggal berapa Proklamasi?" Dengan santai ia menulis"Setelah subuh, tanggal 32 Agustus."

Lalu pertanyaan berikutnya, "Lambang dari sila kelima pancasila?" Jawaban Zaskia lagi lagi bikin ngakak "bebek Nungging."

Saya tidak tahu apakah jawaban nyelene pedangdut seksi itu disengaja u menutupi keterbatasan pengetahuannya yang kurang membaca atau karena hanya ingin membuat penonton tertawa bahagia. Tapi toh penonton di studio kelihatan menikmatinya. Barangkali penonton di rumah pun terhibur dengan "kemolekan" Zaskia.

Tapi bukan itu persoalannya. Apapun itu, tidak ada alasan untuk membela, apalagi membenarkan setiap orang yang secara sadar menghina lambang negara. Persoalannya adalah : dengan rasa bersalah manusia biasa itu sudah menyampaikan permohonan maafnya kepada para kritikus yang lebay sungguh.

Kemudian, semoga kita pernah meng "apdet". Juga melalui mesin pencarian "gugel" hasil musyawarah dewan Hisbah salah satu organisasi Islam pada tanggal 10 Mei 1989 silam yang jelas jelas mengeluarkan fatwa larangan menghormati bendera merah putih. Ini penghinaan kepada merah putih yg amat jelas.

Juga artikel yang berjudul "Benarkah bendera merah putih adalah bendera Rasulullah." Isinya penolakan terhadap Merah Putih.

Kita juga sering mendengar orasi-orasi ilmia tentang penolakan NKRI, tujuannya untuk menghilangkn Nasionalisme dan identitas Bangsa.

Sering pula kita mendengar gemuru yang melantunkan kalimat kalimat suci untuk menista demokrasi, pemerintah dan negara. Ini juga penginaan yang pedas.

Lalu pernah kah mereka meminta maaf dengan perasaan dan wajah bersalah? Tidak. Mereka malah menyombongkan diri dan menganggap paling benar.

Lalu bagaimana sikap pemerintah kepada kelompok kelompok tadi? Apakah pemerintah sudah tegas memangkas mereka dengan UU Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta lagu kebangsaan.

Sudah adakah ancaman penjara selama 6 tahun dan denda yang membuat kepala mereka pening? Tidak. Mereka malah semakin leluasa masuk kampus dan menebar virus yang nanti akan mengancam kesehatan NKRI

Tukamasea, 22 Maret 2016

Minggu, 20 Maret 2016

Poso, Indonesia Berduka

Poso merupakan wilayah Indonesia yang cukup terkenal. Salah satu yg membuatnya terkenal sampai ke kanca Internasional adalah konflik agama yg berkepanjangan.

Ketegangan Muslim dan Kristen di Poso berawal pada tahun 1992 dan 1995, beruntung bisa diredam oleh aparat keamanan negara. Lalu berlanjut pada tahun 1998 saat pemilihan bupati yang dimenangkan oleh pasangan Piet I dan Muthalib Rimi. Kemudian konflik bersambung pada tahun 2000. 

Tidak sedikit yang jadi korban dari kedua belah pihak atas konflik yg dikedok atas nama agama ini. Kemudian tampaknya kedua belah pihak sadar bahwa mereka hanya dijadikan tumbal atas kepentingan ekonomi politik segelintir orang.

Saat ini Poso telah makar menjadi tiga kabupaten, yaitu kabupaten Poso, kabupaten Tojo Una-una dan kabupaten Morowali. Kebijakan ini bertujuan untuk membuka tiga sentral ekonomi daerah sekaligus sehingga dapat mendorong percepatan pembangunan daerah yang mumpuni.

Letak strategis kota Poso yang berada di bibir pantai menghadap teluk Tomini salah satu kelebihan daerah ini, apalagi kota Poso berada di tengah-tengah pulau Sulawesi.

Selain itu, telah dibangun PLTA Poso Energy yang berkapasitas 195 Megawatt dan jaringan komunikasi broadband internet di mana-mana untuk menunjang jalannya bisnis makro dan mikro.

Kebijakan lepas landas untuk mengejar keterlambatan tersebut di atas sepertinya akan terganggu dua atau tiga minggu ke depan. Pukul 17.55 WITA kemarin (20/03/2016), Poso dikeruhkan dengan peristiwa jatuhnya helikopter TNI AD. 

Menurut berita, helikopter yang ditumpangi 13 personil TNI tersebut jatuh saat mengejar Teroris yang dipimpin oleh Santoso. Dan semua anggota keamanan termasuk Komandan Komem 132  Tadulako Kolonel Inf. Saiful Anwar marhum dalam tragedi tersebut.

Poso berduka dan Indonesia menangis. Laskar pengamanan negara berkorban jiwa dan raga untuk tetap menjaga keutuhan NKRI. Menjaga Indonesia agar tetap berpancasila.

Tukamasea, 21 Maret 2016

Teknologi

Semakin hari usia manusia semakin pendek. Konon usia manusia pada generasi pertama berumur ribuan tahun.

Lalu pada generasi pertengahan, usia manusia jatuh menjadi ratusan tahun kemudian generasi manusia sekarang umumnya hanya kisaran puluhan tahu.

Barangkali, di akhir zaman nanti usia manusia anjlok menjadi tahunan, bulanan lalu hanya berusia mingguan. Ah saya terlalu jauh menghayal.

Kenyataan tadi bukan hanya berlaku bagi manusia. Teknologi pun termasuk yg akan diseret oleh arus zaman. Usianya semakin hari semakin pendek.

Awal tahun 90 an misalnya, Teknologi pertanian pada saat itu paling modern menggunakan cangkul dan sapi untuk menggarap sawah. Menggunakan sabit, drum atau kayu besar u merontokkan buah padi.

Lalu Awal tahun 2000, dikenal sebagai zaman milenium. Petani mulai banyak menggunakan traktor untuk menggarap sawah. Cangkul sudah tak zaman, sapi bermalas malasan melirik traktor yg mengeluarkan uapnya di sawah tetangga tempat ia memaksimalkan tenaganya.

Beberapa petani menggunakan roda yang dibuat dari paku ukuran 12 cm untuk melebur padi kala panen. Ada juga yg menggunakan mesin "dros" untuk menjatuhkan buah padi. Kesemuanya adalah teknologi pertanian yang hari ini akan segera menjadi nisan waktu.

Tahun 2016 sepertinya menjadi tahun puncak teknologi pertanian, setidaknya menjadi puncak penemuan terkini. Petani sudah banyak menggunakan mesin saat musim tanam datang dan menggunakan sistem pertanian modern. Traktor pun berhasil menggusur peran penting sapi dan kerbau dalam membajak sawah.

Sedang robot. Mesin pemotong sawah paling modern tampak berjaya di tengah sawah kala musim panen. Mesin dengan badan berwarna "orens" putih itu sertamerta memberangus teknologi lama. Roda dan drum jadi tempat bermalas malasan untuk ayam kala masih petang.

Ditambah lagi motor "jek" berbentuk "kros" yg digunakan untuk mengangkut padi dari sawah ke rumah membuat semua kuda ungkang-ungkang kaki. Para petani tak perlu lagi membeli balsem untuk mengurut punggung dan pinggul terlalu lama setelah seharian memikul padi.

Lalu bisa jadi teknologi-teknologi terbaru tadi juga akan marhum dan diganti dngan teknologi yang lebih baru dan canggih.

Tukamasea,  20 Maret 2016

CINTA

Istilah ini tidak lagi asing bagi setiap org. Hampir setiap hari kita mendengar kata yg menyiratkan perasaan terdalam seseorang ini.

Apalagi lagu lagu yg hari ini trend dibawakan oleh banyak band ternama tanah air banyak bertajuk tentang cinta.

Sehingga cinta dikenal oleh semua kalangan, baik kalangan tua, muda bahkan anak anak sekalipun. Meskipun begitu, tidak sedikit yg terperosok dalam memaknainya.

Misalnya seorang remaja laki laki berteriak di jendela sekolah kepada teman perempuannya ; aku cinta kamu . . .

Buset . . . segitu sederhananya makna cinta bagi remaja tadi. Tapi tunggu dulu. Mungkin ia mengira sinonim SUKA adalah CINTA sehingga dengan mudahnya ia mengutarakan perasaan terdalam itu.

Misal yg kedua, seseorang yg mengatakan bahwa laki laki yg bukan muhrim lalu berkata : aku cinta padamu . . . Sebenarnya bermaksud mengatakan : aku ingin mengzinaimu.

Lah . . . Emang CINTA itu sinonim dari SEKS. Apa salahnya dan dimana salahnya jika seseorang, apalagi org dewasa menyampaikan perasaan terdalamnya kepada lawan jenis meskipun bukan muhrim?

Sejak pertama kali diketahui pentingnya devinisi bagi segala sesuatu, cinta belum juga memperoleh pengertian yg satu. Devinisi cinta sebanyak org yg mendevinisikannya.

Tapi satu yg pasti ; Cinta itu abstrak . . . titik. Alasan mencintai bukan karena baik, cakep, cantik apalagi karena cara berpakaiannya. Karena alasan alasan nampak tersebut hanya dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa suka seseorang, bukan cinta.

Bisa jadi salah satu lorong menuju cinta adalah perasaan suka. Tapi itu hanya lorong kedua setelah perkenalan. Selanjutnya masih banyak lorong lorong yg musti dilewati menuju ruang paling dalam itu.

Buah cinta bukanlah berpegangan tangan, berciuman atau berhubungan badan sekalipun. Kesemuanya itu hnyalah bunga bunga cinta yg mewarnai setiap tangkai pohon.

Buah cinta ibarat air dan teh sulit dibedakan yg mana teh dan yg mana air. Keduanya melebur jd satu tp rasa yg terkandung darinya adalah Manis. Itu saja.

Bungoro, 20 Maret 2016

Jumat, 29 Januari 2016

Kampungku



Sahabat, engkau mungkin belum pernah mendengar nama kampungku? Mungkin belum, tapi biarlah, memang kampungku tidak terlalu populer di semua daerah se-Indonesia. Desa Tukamasea — sekitar 8 – 10 kilo meter dari Bandara Internasional Sultan Hasanudin Makassar. Sekarang engkau mungkin sudah tahu sekilas tentang kampungku, di sini berdiri kokoh satu perusahaan besar yang dibangun oleh Aksa Mahmud. Kamu tahu bapak Aksa Mahmud, bukan? Beliau adalah adik ipar Wakil Presiden Indonesia saat ini, H. Muh. Jusuf Kalla atau sering dipanggil bapak Ucu.

Sahabat, 23 tahun yang lalu kampungku masih berupa pemukiman yang sunyi, akses jalan antar dusun satu dengan dusun yang lain masih sangat sulit. Rawa dan hutan masih terbentang luas menutupi buminya sehingga teramat sulit melihat hewan lalu-lalang dari atas helikopter. Sulit melihat ada kendaraan roda dua maupun roda empat di sini beraktifitas, apalagi jalan yang masih terputus-putus ikut memberi gairah kepada warga kampung di sini untuk menunggang kuda ke pasar rakyat.

Lalu tahun 1995 perusahaan Semen tersebut dibangun oleh bapak Aksa dan tahun 1999 perusahaan semen kedua di Sulsel ini mulai berproduksi. Sejak tahun inilah, banyak pendatang berdatangan ke kampung tempat aku dilahirkan ini, berbagai macam suku dan budaya hadir dan berbaur ­— mungkin bercampur dengan budaya lokal di sini. Sejak itu pula, akses jalan sudah mulai baik, pihak perusahaan membangun betonisasi meskipun hanya sampai di pasar rakyat sekitar 700 meter dari arah Utara pabrik .

Mungkin itu bukanlah hal yang patut untuk dikagumi atau dicibir. Setidaknya begitulah perjalanan sederhana kampungku dari kampung yang sama sekali tidak dikenal menjadi kampung yang dikenal dan mungkin akan dikenang sebagai wilayah dibangunnya industri pengeksploitasi alam ketiga setelah tambang Nikel dan Minyak.

Sahabat, saat ini hampir semua penghuni di kampung adalah suku Bugis. Adapun suku Makassar hanya sebagian kecil dari naturalisasi yang terjadi saat musim kawin. Meskipun kedua suku ini seperti dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan di Sulawesi Selatan tapi perbedaan keduanya tetap mencolok, terutama saat bercerita — suku Bugis halus dan Suku Makassar cukup keras dan kasar. Di kampung ini kedua suku terbesar di Maros tersebut saling berbaur dan melebur meskipun tak disangkal, bahasa Bugis menjadi bahasa sehari-hari dan bahasa rumah tangga.

Kampung ini terhitung luas untuk status desa di kecamatan Bantimurung, panjangnya sekitar  tiga kilometer dan lebarnya sekitar satu kilometer. Saat ini jumlah penduduk di kampung subur ini sekitar 5700 jiwa, jumlah yang cukup pantastis tapi di kampung ini tidak ditemukan ada rumah yang berdempetan terlalu rapat kecuali di Dusun Amessangeng.

Sahabat, yang hendak kuceritakan kepadamu ialah keadaan pemuda dalam kampungku, pemuda di sini terhitung dinamis dan edukatif. Hampir semua pemuda di kampungku setelah menyelesaikan studinya di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas), lalu melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Ada banyak macam perguruan tinggi dan jurusan yang dipilih sebagai tempat menempah diri. Ada di kota Maros dan banyak pula di kota Makassar. Hanya sebagian kecil pemuda yang tinggal dirumahnya memperturutkan kemalasannya, sebagiannya lagi berangkat merantau ke kampung orang.

Di kampungku, para pemuda yang menghibahkan waktunya selama kurang lebih empat tahun, tidak sekedar menghabiskan waktunya di bangku kuliah, mereka banyak memporsir waktunya di berbagai organisasi-organisasi nasional seperti PMII, HMI dan IMM, merekapun tak lengah untuk bergabung di ORGANDA (organisasi daerah) seperti HIPMI MR (Himpunan Pemuda dan Mahasiswa Indonesia Maros Raya). Di sini, mereka banyak membuat kelas-kelas yang informal bahkan kelas nonformal untuk melakukan transformasi pengetahuan dan pengalaman —  bagi mereka setiap orang adalah guru dan setiap ruang adalah kelas bahkan alam bebas adalah mahagurunya.

Sahabat, dari proses panjang yang dilewati di kampus dan di berbagai organisasi, pemuda di kampungku menjadi pemuda yang kritis dan cerdas. Hampir semua pemuda, hampir semua yang memilihkan nasibnya untuk menjadi mahasiswa. Di berbagai pertemuan, baik di kampus, di kantor desa, di kantor camat bahkan di pertemuan-pertemuan di tingkat daerah sekalipun, pemuda dari desa Tukamasea selalu ikut berkontribusi.

Sahabat, cerita tersebut di atas adalah masa lalu, saya sebut sebagai masa keemasan pemuda di kampungku. Atau masa kejayaan dalam salah satu film sebagai adaptasi kisah Nabi Sulaiman. Cerita itu sudah ditelan oleh zaman dan aku melihat generasi kedua dan ketiga tak urung menyelamatkan masa kejayaan tersebut. Bahkan para pelaku masa kejayaan yang sudah pada sukses menyelesaikan studinya kelihatannya sudah apatis, kalau tidak boleh disebut tidak bertanggungjawab atas generasi kedua dan ketiga ini. Mereka masing-masing sibuk mengurusi diri sendiri dan tempat berlabuhnya.

Itu tidak salah karena sudah menjadi kewajiban setiap sarjana muda untuk mempergunakan ilmunya pada muaranya masing-masing. Tidak bisa disangkal bahwa salah satu tolok ukur kesuksesan seorang mantan mahasiswa adalah ketika memperoleh muara berlabuh yang baik  tidak terlalu banyak mengeluarkan keringat untuk memperoleh uang dan saya kira itu sudah digapai oleh masing-masing pemuda angkatan 2007 dan 2008 tersebut.

Sahabat, persoalannya kemudian adalah hari ini. Kelompok pemudapun terbentuk di kampungku, produk zaman yang tentu dengan karakter yang berbeda dengan angkatan sebelumnya. Aku lengah melihat semangat mereka berkuliah dengan bersungguh-sungguh bahkan aku jarang melihat gelora mereka untuk beroganisasi sebagai mana generasi sebelumnya. Selain itu kurang diantara mereka relah berletih-letih mengumpulkan uang untuk biaya kuliah atau setidaknya untuk biaya transportasi ke kampus masing-masing, mereka bergantung penuh pada orang tuanya.

Aku melihat pemuda di kampungku yang aktifitasnya hanya kuliah, menjadikan ritual pendidikan itu sebagai pengisi waktu nganggur. Daripada nganggur mending kuliah sambil cari-cari peluang kerja, ungkapan ini yang kerap dilontarkan sebagian diantara mereka  pada akhirnya beberapa diantara mereka gugur di tengah jalan. Sebagian lagi kerja sambil kuliah, itu tidak masalah dan bahkan terakhir, pilihan ini yang sangat trend di kalangan pemuda. Tapi aku pesimis orentasi kuliah dengan mode seperti itu bukan pada prosesnya apalagi ilmunya melainkan pada Ijasa dan Transkrip nilainya. Kedua legalisasi pendidikan strata satu ini kemudian akan digunakan untuk perbaikan nasib di tempat kerja.

Minat berorganisasi pemuda saat ini di kampungku semakin payah. Proses menggembleng hati, pikiran dan prilaku ini cepat tinggalkan sehingga terlampau sulit menemukan pemuda yang bermental bajak yang banyak hanyalah pemuda dengan mental krupuk kriuk dan pesimis dengan masa depannya. Selebihnya terlampau banyak anak muda yang menutup masa pendidikannya sampai di SMP dan SMA kemudian menghabiskan waktu malamnya di pos ronda sampai subuh dan waktu siangnya di atas kasur. Lalu harapan apa yang bisa digantungkan pada pemuda seperti ini? Tentu jawabannya sangat buyar.

Sahabat, aku bukan bermaksud menghumbar kepadamu tentang keadaan pemuda yang berhianat pada syarat peradaban besar di setiap kampung, daerah atau bangsa. Aku sengaja menceritakan ini kepadamu agar kesadaran itu lahir kembali, muncul mendobrak dan mengobrak-abrik dinding pemisah antara pemuda dan masa depan kampungku. Aku selalu optimis kalau-kalau masa depan sebuah bangsa dan masa depan kampungku ada di pundak semua pemuda. Yaitu pemuda yang menghabiskan waktunya untuk membentuk hati, fikiran dan lakunya dengan matra pengetahuan.

Pendek kata aku merindukan gelanggang yang diisi pemuda-pemuda cerdas dan kritis, berperang dengan logika menggunakan intrik-intrik intelek. Adu logika dalam ruang-ruang diskusi, setiap perbedaan adalah lawan lawan dalam forum tapi teman akrab di luar padang. Aku sesak menanti itu, aku gerah mengharap moment itu.


Indonesia, 20 Januari 2016

SAFARUDDIN

Kamis, 21 Januari 2016

CSR dan Permasalahannya

CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan istilah yang digunakan untuk memaknai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar perusahaan. Yah, mungkin anda sudah tahu itu dan juga sudah lama mengetahui kalau-kalau istilah ini rame dibicarakan sejak tahun 90-an dimana PT. Freeport Indonesia (PTFI) secara politis di era Soeharto menjadi sorotan utama.

Istilah CSR sudah bukan barang langka di masyarakat, bahkan masyarakat paling awan sekalipun sudah sering bicara tentangnya. Setidaknya ini merupakan salah satu dampak positif paling nyata dari perkembangan teknologi dan informasi dan juga sebagai bukti bahwa Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi public (semoga saya tidak salah) sudah terjawantah dalam sikap kritis masyarakat luas.

Bagi saya, mengetahui konsep tanggung jawab perusahaan tersebut amatlah penting untuk masyarakat secara umum karena terlaksana atau tidak terlaksanannya konsep tersebut akan berdampak langsung ke masyarakat. Sehingga mencermati, memikirkan dan atau melakukan studi banding ke perusahaan yang dipandang sudah menerapkan CSR dengan baik, sangatlah penting dilakukan.

Nah, tentu saya dan anda tidak ingin pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang CSR keluar dari jati dirinya yang sebenarnya. Karena jika itu yang terjadi, dapat dipastikan masyarakat akan sinis menilai keberadaan sebuah perusahaan di daerahnya dan klimaksnya adalah mereka akan berpotensi berfikir ekstrim serta bertindak criminal. Kalau ini yang terjadi maka pihak perusahaan dan masyarakat itu sendiri akan digandrungi kerugian, baik kerugian berupa materi maupun kerugian sosial.

Pertama-tama CSR harus difahami tidak hanya menjadi kewajiban sosial perusahaan, lebih daripada itu, CSR telah ditingkatkan derajat normanya oleh pemerintah menjadi kewajiban hukum sebagaimana amanat UU Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Dalam penjelasan Pasal 62 ayat (1) sebagai berikut :

“Berdasarkan ketentuan ini RUPS dapat menetapkan bahwa sebagian atau seluruh laba bersih akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham, atau pembagian lain seperti tansiem, CADANGAN DANA SOSIAL dan lain-lain, atau . . . “.

Kemudian UU tersebut di atas diganti dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang terakhir ini tidak lagi hanya MENYARANKAN Perseroan Terbatas untuk menyejahterakan masyarakat, namun UU ini MEWAJIBKAN Perseroan Terbatas untuk berperan aktif dalam menyejahterakan masyarakat sebagaimana pasal 74 UU Nomor 40 tahun 2007, yang berbunyi sebagai berikut :

“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam WAJIB melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan . . .”

Jika anda ada keinginan menyempatkan waktunya yang sedikit dengan membaca tuntas UU Nomor 40 tahun 2007 ini, maka akan ditemukan segala macam bentuk program yang berkaitan dalam pelaksanaan CSR termasuk pembangunan ekonomi masyarakat sebagimana dalam Pasal 1 angka 3 yang berbunyi sebagai berikut :

“Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan EKONOMI berkelanjutan yang bermanfaat, baik bagi PERSEROAN sendiri, KOMUNITAS setempat, maupun MASYARAKAT pada umumnya.”

Anda dan saya setidaknya baru saja mengetahui landasan hukum yang sahih tentang CSR dan tentu menjadi kewajiban anda dan saya juga untuk menyampaikan ini kepada masyarakat umum. Ini urjen untuk dilakukan sebagai bentuk pencerdasan dan pencerahan hukum bagi masyarakat, setidaknya mereka tahu bahwa ada UU yang mengatur tentang CSR.

Amunisi selanjutnya yang sarat harus diketahui oleh anda, saya dan masyarakat umum, adalah pertimbangan apa sehingga pemerintah dan juga dunia menyarankan bahkan mewajibkan perseroan untuk melaksanakan CSR? Pertanyaan ini tidak boleh dijawab dengan bahasa bisnis atau dipandang dengan kacamata perseroan karena dengan begitu jawaban yang diperoleh akan hambar. Dan, kalaupun dari jawaban itu kemudian perusahaan menjalankan kewajibannya tersebut, boleh jadi hanya merupakan strategi moral untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan alias pencitraan.

Sebenarnya gerakan modernisasi telah menginspirasi gerakan sosial untuk menyelamatkan lingkungan manusia. Gerakan-gerakan sosial yang berbasis lingkungan dan kemanusiaan muncul dalam tingkat global dan melahirkan konstruksi baru atas peran masyarakat, pemerintah dan perusahaan dalam menciptakan peradaban dunia yang lebih harmonis. Perilaku dari salah satu pihak yag merugikan lingkungan tidak hanya mempengaruhi lingkungan di sekitarnya, melainkan juga mengancam keberlangsungan kehidupan seluruh umat manusia.

Karena alasan sederhana tersebutlah sehingga wajib bagi perseroan sebagai PELAKU perusak lingkungan untuk melaksanakan tanggung jawab terhadap lingkungan dan manusia yang ada di sekitar perusahaan. Jadi kalau masyarakat mengajukan pertanyaan polos tentang “mengapa perseroan harus ber CSR? Jawabannya adalah karena aktifitas perseroan MERUGIKAN lingkungan dan MENGANCAM keberlangsungan hidup manusia.

Tidak cukup sampai di situ, focus informasi penting yang juga harus anda dan saya ketahui adalah siapa yang bertanggung jawab untuk merealisasikan CSR? Di sini, jika jawaban kita keliru, maka kita belum penuh dan belum siap melakukan advokasi CSR dengan ideal tapi jika jawaban kita tepat, mari berjalan selamatkan lingkungan dan keberlangsungan hidup manusia.

Asumsi awam dan naif kebanyakan orang, semoga bukan termasuk anda, adalah CSR merupakan tanggung jawab penuh perseroan. Ini salah satu pemahaman yang amatir dan sudah ditinggal telak oleh perkembangan industry. Jika tanggung jawab CSR ditumpahkan sepenuhnya kepada perseroan maka harapan penyejahteraan masyarakat melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan ini tidak akan kunjung terealisasi. 
Kenapa? Karena pihak perusahaan terlalu sibuk untuk urusan operasional produksi dan pemasaran produknya. Kalaupun sudah ada departemen yang khusus memikirkan dan melaksanakan amanat UU tersebut, dapat dipastikan hasilnya tidak akan maksimal.

Di sisih lain, pada awal-awal pelaksanaan amanat UU Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, pemerintahan orde baru cenderung lebih merasa berhak untuk mengelola CSR perusahaan. Ini masing sering diadopsi dan diperaktekkan beberapa daerah . Asumsi yang kerap digunakan untuk pembenaran adalah perencanaan pembangunan Negara dan daerah sepenuhnya diketahui dan dilaksanakan oleh pemerintah. Namun dalam pelaksanaannya ternyata tidak demikian halnya, program dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah melalui program CSR selalu identik dengan pencitraan, seremonial dan elitis.

Tentu masih ada kelompok yang saya belum singgung, yaitu masyarakat sipil atau civil society. Kadang-kadang masyarakat sipil merasa kalau-kalau pihak perseroan tidaklah memperhatikan tanggung jawab sosialnya. Pemerintah juga demikian tidak becus menjemput kewajiban perusahaan tersebut, sehingga kadang-kadang masyarakat melalu lembaga kemasyarakatan yang dibentuk merasa berhak untuk mengelola CSR tersebut.
Tentu ketiga-tiganya berhak bahkan bertanggung jawab dalam perealisasian CSR perseroan, tapi jika masing-masing ingin jalan sendiri-sendiri untuk mengelolannya, percayalah program yang tujuannya sangat baik bagi masyarakat tersebut tidak bisa berjalan maksimal.

Perusahaan butuh masyarakat, masyarakatpun demikian. Perusahaan butuh pemerintah, pemerintah juga pasti butuh perusahaan, apalagi masyarakat. Ketiga kelompok terakhir selalu akan berdiri dan duduk berdampingan dan ketiganya bisa saling membesarkan. Dan untuk menjalankan program CSR dengan maksimal dan sebagaimana peruntukannya, maka perusahaan, pemerintah setempat dan masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan harus bersinergi.


Indonesia, 22 Januari 2015

SAFARUDDIN