Ketegangan Muslim dan Kristen di Poso berawal pada tahun 1992 dan 1995, beruntung bisa diredam oleh aparat keamanan negara. Lalu berlanjut pada tahun 1998 saat pemilihan bupati yang dimenangkan oleh pasangan Piet I dan Muthalib Rimi. Kemudian konflik bersambung pada tahun 2000.
Tidak sedikit yang jadi korban dari kedua belah pihak atas konflik yg dikedok atas nama agama ini. Kemudian tampaknya kedua belah pihak sadar bahwa mereka hanya dijadikan tumbal atas kepentingan ekonomi politik segelintir orang.
Saat ini Poso telah makar menjadi tiga kabupaten, yaitu kabupaten Poso, kabupaten Tojo Una-una dan kabupaten Morowali. Kebijakan ini bertujuan untuk membuka tiga sentral ekonomi daerah sekaligus sehingga dapat mendorong percepatan pembangunan daerah yang mumpuni.
Letak strategis kota Poso yang berada di bibir pantai menghadap teluk Tomini salah satu kelebihan daerah ini, apalagi kota Poso berada di tengah-tengah pulau Sulawesi.
Selain itu, telah dibangun PLTA Poso Energy yang berkapasitas 195 Megawatt dan jaringan komunikasi broadband internet di mana-mana untuk menunjang jalannya bisnis makro dan mikro.
Kebijakan lepas landas untuk mengejar keterlambatan tersebut di atas sepertinya akan terganggu dua atau tiga minggu ke depan. Pukul 17.55 WITA kemarin (20/03/2016), Poso dikeruhkan dengan peristiwa jatuhnya helikopter TNI AD.
Menurut berita, helikopter yang ditumpangi 13 personil TNI tersebut jatuh saat mengejar Teroris yang dipimpin oleh Santoso. Dan semua anggota keamanan termasuk Komandan Komem 132 Tadulako Kolonel Inf. Saiful Anwar marhum dalam tragedi tersebut.
Poso berduka dan Indonesia menangis. Laskar pengamanan negara berkorban jiwa dan raga untuk tetap menjaga keutuhan NKRI. Menjaga Indonesia agar tetap berpancasila.
Tukamasea, 21 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar