Minggu, 31 Juli 2016

BOM BUNUH DIRI

Hati hati sekali saya mengetik tentang ini. Sangat sensitif. Tapi beruntung, akhir-akhir ini tdk trand dibicarakan. Tampaknya pelaku pelakunya menunggu momen tepat atau mencari tempat paling cocok u merusak citra agama.
Meski tdk populer, biarlah catatan ini ada di beranda ini. Minimal mengabadikan yg saat ini saya fikirkan.
Bom bunuh diri adalah serangan seseorang/kelompok u membunuh org lain dan bermaksud untuk turut mati. Serangan membunuh diri u mlumpuhkan lawan ini menjadi terkenal pada masa Perang Dunia II.
Ketika kapal-kapal Sekutu diserang oleh pilot-pilot Jepang yg dikenal dengan nama Kamikaze Jepang. Dengan berani dan bermodal kobaran semangat nasionalisme menerbangkan pesawat terbang mereka yang dimuati dengan bahan peledak ke sasaran-sasaran militer.
Sebagai salah satu taktik perang yang populer dijalankan pada abad ke 21 ini, setidaknya ada tiga semangat yang dimiliki seseorang rela mengorbankan dirinya sendiri ini.
Pertama :
Semangat nasionalisme seperti Pilot Jepang tadi. Mereka memiliki jiwa patriot yg tdk bs ditawar tawar lagi. Pasukan Sultan Mahmud II (Muhammad al-Fatih) pun pernah melakukan hal serupa saat terperangkap dalam lorong bawah tanah lawan. Dengan menggunakan obor dan minyak bumi yg ada dalam ruang bawah tanah, mereka membakar dan meledakkan diri dngan berjamaah. Dan ledakan itu berhasil menembus masuk ke benteng pertahanan lawan.
Bagi prajurit-prajurit pemberani macam tadi. Berjuang membela tanah air adalah wajib. Dan pengorbanan u kemerdekaan bangsa dan tanah air tdk lah ringan, tidak kecil dan tdk main main. Kadang kadang Nyawa harus dibaktikan untuk kehormatan tanah kelahiran.
Kedua :
Semangat panatisme beragama. Terlepas kelompok tersebut sengaja dibentuk u merusak citra agama sebagai aturan tuhan paling sahih di dunia ini. Bom bunuh diri dengan semangat kolot ini akan menjadi taktik paling epektif untuk menghancurkan lawan.
Hebatnya, taktik ini bukan hanya membunuh lawan dan merusak infratruktur secara langsung, tapi juga mengakibatkan kegaduhan sosial. Kekhawatiran dan rasa tidak aman akan meliputi rakyat negara bersangkutan dan disinilah momen paling pas u melemahkan lawan.
Bagi pelaku bom bunuh diri jenis ini, tindakan tersebut adalah perjuangan sungguh sungguh u memerangi kemudaratan. Ini bentuk bakti seorang umat u menegakkan hukum agamanya. Usaha untuk memerangi angkara murka. Dan ini adalah jalan untuk memperoleh balasan nikmat setelah mati.
Ketiga :
Semangat ekonomi. Pernah ada film tentang seorang pemuda yg ditinggal mati bapaknya. Ia tinggal di rumah kontrakan bersama emaknya yg sdh tua rentah. Suatu hari pemilik rumah datang, minta anak muda dan emaknya tadi keluar dr kontrakkan. Sdh tiga bulan mereka tdk bayar kontrakan.
Saat bersamaan, anak muda itu ditawari bergabung dlm tim basket
Salah satu tim besar di Jakarta. Ditawari gaji perbulan dengan jumlah yg cukup besar. Ia terima. Bukan karena jumlahnya tp karena butuhnya yg kebelet.
Bisa jadi salah satu alasan seseorang mau terlibat dalam aksi bom bunuh diri itu seperti di atas. Seseorang yang hidup serba berkekurangan. Anak dan isteri mau makan, org tua mau berobat, utang sana sini, lalu datang tawaran bermodalkan Nyawa doang. Yap mau apalagi. Demi org org yang disayang, cap teroris tak jd soal.
Sebenarnya masih ada satu alasan lg. Ini lebih kejam. Lebih menyayat hati. Seperti dalam salah satu film Rambo. Sylvester Gardenzio Stallone, sebagai pemeran utama angkat senjata melawan negaranya sendiri demi menyelamatkan Nyawa anak dan isterinya dr ancama musuhnya. Ia melakukan apa saja agar nyawa keluarganya tdk melayang.
Tukamasea, 23 Juli 2016

Tidak ada komentar: