Sepertinya topik ini selalu hangat dikalangan anak muda yang sudah berusia, terutama laki-laki di atas umur 25 tahun. Saat berkumpul bersama sama, selain membicarakan masa lalu yg pernah dilewati bersama, menikah akan jadi bahan perbincangan paling gurih.
Yang sudah menikah biasanya sangat bersemangat dlm perbincangan seperti ini. Meledak ledak menyampaikan pengalamannya mengarungi bahtera kehidupannya bersama isteri dan anaknya.
Yang akan menikah juga tdk mau kalah. Motivasi motivasi menikahnya dia ungkapkan, sekali kali mengabarkan tentang calon isterinya, calon mertuanya, itu semua membuat wajahnya tampak basah.
Berbeda dengan kawan yang blm ada rencana ke sana. Biasanya ia jd pendengar paling diam. Tapi ia gelisa. Sekali kali melontarkan alasan alasan kenapa belum ada rencananya ke dimensi kehidupan paling kompleks tersebut.
Selain menisbahkan diri sebagai bagian dr golongan Nabi Muhammad, yang berarti menjadi umat beliau, dan selanjutnya berarti mengikuti Sunnah manusia Suci itu, menikah memang adalah tuntutan hidup.
Kenapa? Karena hanya dengan aqad itulah, nafsu kebinatangan kita bisa diikat dalam ikatan yang suci. Karena hanya dengan hubungan suci itulah kita bisa memperoleh keturunan yang halal. Dan nampaknya, menikah cukup kuat menyokong seseorang menjadi manusia paripurna.
Yang di atas itu sederhana. Sederhananya persis saat mengucap aqad nikah. Lalu apa yang cukup rumit di sini? Kriteria kawan. Agama memberi 4 kriteria calon isteri. Nabi Muhammad menekankan itu: hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Ini dicatat abadi dlm kitab sahabat Abu Hurairah ra.
Sebagai umat Muslim tentu kita mau bersandar pada kriteria tadi. Tapi untuk menemukan ke 4 kriteria tersebut dalam diri seorang perempuan sungguh sesuatu yang teramat sulit. Beruntung, kreteria yang disampaikn dlm hadis yg diriwayatkn oleh Bukhari-Muslim tersebut di ditutup dengan penekanan bahwa : "Maka menangkanlah wanita yang mempunyai agama, engkau akan beruntung." Artinya, jika tdk bisa memperoleh empat kriteria secara utuh maka kriteria agama patut didahulukan.
Selain kriteria tersebut di atas. Ada yang paling penting diperhatikan u kita laki laki yg hendak menempuh hidup di atas puncak tersebut. Kesiapan mental. Siapapun orangnya, dari latar belakang apapun itu, jika ini yang tidak siap. Ancaman rumah tangga akan dihempaskan angin beliung akan besar. Kita boleh lemah di ekonomi atau mungkin lemah pengetahuan tentang bagaimana menjadi awak rumah tangga. Tapi lemah dr sisi mental jangan.
Itu saja kawan. Jd menikahlah. Tp ingat ingat, siapkan mentalmu. Banyak banyak minum kopi. Krn menjadi awak rumah tangga seperti minum kopi. Pahit pahit manis. Tapi kadang pahitnya lebih mendominasi. Yap memang harus mendominasi, karena klo gula mendominasi bukang NGOPI namanya, tapi NGEGULA. WKWKWKKK
Tukamasea, 30 Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar