Rabu, 07 Januari 2015

Tanggung Jawab Suami Pada Istri

Malam itu Bakri duduk di teras rumah sambil menghisap sebatang rokok ditemani secangkir kopi hitam, seperti biasanya dia juga ditemani sebuah buku untuk dibacanya disela menyeduh minuman kopi buatan istri tercinta.  Belum habis satu batang rokok dihisapnya, tiba-tiba datang dua orang laki-laki kepala empat dan menngucapkan salam secara cepat sambil memanggil nama Bakri

“Assalamu alaikum Bakri”
“Waalaikum Salam”. Jawab Bakri sambil cepat-cepat menurunkan kedua kakinya yang diletakkan di atas sopah samping kanannya. “oh kamu Dang, sini naik di rumah” sambutnya sambil membuka pintu rumah panggung yang dihuninya sudah hampir 12 tahun itu. Kedua tamu itu bersalaman dengan Bakri sambil mencari posisi duduk yang baik. Bakri sontak masuk ke ruang tengah rumahnya cari kursi yang bisa diduduki kedua tamunya.


“silahkan duduk pak Adang, kalau aku tidak salah kamu sudah hampir 3 bulan tidak pernah berkunjung ke rumah ini Dang, pasti kamu sibuk”. Bakri membuka perbincangan dengan sedikit menyindir halus pada tamunya yang sebenarnya  adalah teman sejak kecil dengannya.

“iya bang, aku baru ada kesempatan ke sini jalan-jalan. Aku rindu menyeduh kopi buatan kakak ipar aku yang tak kalah nikmatnya, aku juga rindu diberikan pencerahan oleh sahabat sekaligus abang aku Bakri”. Jawab Adang sambil mencoba mengangkat hati dan perasaan Bakri. Namun Bakri sudah bukan tipekal orang yang mudah disanjung seperti itu.
“ah kamu ini bisa saja, lantas siapa yang kamu temani ini Dang?”
“oh iya aku lupa perkenalkan. Dia ini namanya Daming, dari kampung tetangga sebelah Utara, dia termasuk alasan yang membuat aku jauh-jauh kesini hanya untuk mendengar pendapatmu soal masalah yang dialaminya sekarang”. Adang memperkenalkan temannya kepada Bakri sambil mencabut satu batang rokok kepunyaan Bakri yang sudah ada pas di hadapan matanya
“dari awal aku sudah tahu, karena kamu tidak mungkin ke sini jika tidak ada maksud tertentu Dang, heeeee”. Nampaknya keduanya sudah tahu karakter satu sama lain sehingga apapun yang dikatakan oleh Bakri dan Adang tidak lagi dianggap sebagai sanjungan apalagi menganggapnya sebagai penyudutan.
“ayo Ming, kamu bicara masalah yang sekarang kamu alami”. ucapnya pada temannya. “kamu jangan malu sama orang yang ada di hadapan kamu ini, orang ini mukanya saja yang jelek tapi otak dan kepribadiannya sangat baik”. Ajak Adang pada Daming.
“begini bang, aku punya sedikit masalah dalam keluarga”. Ungkapnya terbata-bata.
“masalah apa bang?, coba kamu jelaskan pelan-pelan supaya kita bisa sama-sama cari solusinya”.

Dengan wajah yang luguh, pria yang umurnya kira-kira 40 tahun itu bercerita panjang pada Bakri soal masalah yang sekarang menjerat kehidupan rumah tangganya, pendeknya dia mengatakan pada Bakri ;

“sekarang aku ketahuan sering selingkuh di luar oleh istriku dan itu membuat  dia ambil keputusan untuk kembali pada kedua orang tuanya bersama anak-anaku. Tiga hari ditinggal, aku masih bisa tahan, tapi sekarang aku sudah ditinggal keluargaku selama tiga minggu dan aku merasa sangat kehilangan istri dan anak-anaku. Aku bingung bang, harus berbuat apa saat ini”. ungkapnya sambil meneteskan air mata di pipinya.
“oh masalah yang kamu alami ini  lumrah di jaman sekarang bang”. Bakri ingin melanjutkan penjelasannya tapi istrinya tiba-tiba muncul dari ruang tengah, membawa kopi hitam dan kue untuk kedua tamunya.

“silahkan diminum bang kopinya, maaf karena kami hanya bisa menyediahkan ala kadarnya saja”. Ucap istri Bakri sambil tertunduk saat menurunkan kopi hitamnya dari baki yang terbuat dari tanah liat.

“nah kopi ini yang aku rindukan selama ini, ahhhh, sedap . . .”. pekik Adang sambil menyeduh kopi hangat buatan Fatima istri Bakri.
Setelah menyediakan kopi untuk parah tamunya, Fatima minta ijin masuk ke dapur untuk cuci piring yang masih berserakan di dekat gumbang.
“terkait masalah yang dialami oleh saudara Daming, aku kira memang menjadi penyakit social yang saat ini tersebar di seluruh pelosok dunia”. Jelas Bakri melanjutkan pembahasannya yang tertunda.
Menurut Bakri, perselingkuhan saat ini merupakan sesuatu yang tidak tabu’ lagi, mungkin karena pengaruh teknologi yang maha canggi sehingga suami dengan mudahnya mendapat kesempatan dan keinginan untuk selingkuh. Selingkuh itu sendiri ada dua macam. Pertama ; selingkuh jangka panjang, perselingkuhan ini terjadi saat seorang suami bertemu dengan seorang perempuan, atas dasar suka sama suka mereka menjalin hubungan yang dekat dan sering berbuat seperti pasangan suami istri, hubungan seperti ini biasanya berusia panjang. Kedua ; perselingkuhan jangka pendek, perselingkuhan jenis ini terjadi ketika seorang suami merasa kalau istrinya sudah tidak dapat memberikan kepuasan seks saat di rumah, seorang suami akhirnya mencari perempuan bayaran untuk memuaskannya saat berhubungan seks.

Padahal seorang suami punya tanggung jawab besar terhadap istri dan anak-anaknya. Istri yang kita lamar dari kedua orang tuanya dititipkan pada kita untuk dihidupi dan dibahagiakan bersama anak-anak yang kita berikan. Menghidupi dan membahagiakan harus didevinisikan secara luas, bukan sekedar member uang belanja secukupnya tapi juga member kasih sanyang dan membimbingnya menjadi istri soleha, menjadi istri yang beriman dan patuh pada perintah Ilahi. Faktanya sekarang, banyak kaum kita yang menjadikan istrinya hanya sebagai penjaga anak di rumah, sedangkan kaum kita keluar keluyuran mencari kesenangan di tempat-tempat hiburan.

“Aku teringat dengan status social masyarakat kampung tua delapan tahun silam. Orang yang makan warung dianggap sebagai kelompok dengan status social yang tinggi, tapi sekarang ini orang kerjanya minta-minta sekalipun, makannya di warung juga. Seperti itulah sekarang kondisi kebanyakan kaum Adam, makan di luar itu sudah biasa, dan untuk memuaskan syahwat yah, harus makan di warung, dan istri tinggal di rumah jaga anak.”. Jelas Bakri secara cermat dan hati-hati.

“dan untuk kasus bang  Daming”. Lanjutnya. “aku sarankan untuk datang ke rumah mertua mengakui kesalahan, minta maaf dan berjanji pada istri dan anak-anak bapak untuk tidak melakukannya lagi. Berjanjinya bukan hanya di hadapan istri dan anak tapi juga di hadapan Allah SWT.

Maros, 07 Januari 2014



Safaruddin

Tidak ada komentar: