Manusia dipilih sang
pencipta untuk menjadi khalifa di muka bumi ini, khalifa yang dimaksud adalah
menjadi pemimpin bagi diri, keluarga, bangsa dan agama, serta menjadi pengelola
segalah sumber daya yang terdapat di atas dan di bawah bumi ini. Sebagai
pengelola bumi, manusia kemudian dianugrahi kemampuan berfikir yang baik dan hati naluri untuk membedakan perbuatan
baik dan buruk.
Dengan potensi besar
yang dimiliki tersebut, manusia diberikan kebebasan untuk memilih perbuatan apa
yang ingin dilakukan, dengan satu catatan bahwa setiap pilihan yang ditempuh,
masing-masing mempunyai konsekwensi dan
akibat yang logis untuk diri manusia itu
sendiri. Berbeda dengan binatang yang hanya diberikan naluri untuk
mempertahankan hidup.
Namun kebebasan yang
dimiliki oleh manusia dengan potensi yang dianugrahkan tuhan tidaklah bersifat
mutlak, kebebasan itu dibatasi oleh aturan-aturan yang ada, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Aturan itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu ; aturan agama, aturan Negara dan aturan budaya atau sering disebut adat.
Berdasarkan aturan-aturan
tersebut di atas, manusia akan memperoleh konsekwensi dari tiap perbuatannya di
muka bumi ini. Manusia yang melanggar aturan budaya disebut a-moral, manusia
yang melanggar aturan Negara sering disebut terpidana, dan manusia yang
melanggar aturan agama dianggap pendosa.
Sudah umum diketahui bahwa
manusia merupakan tempat kesalahan, kehilafan dan dosa. Dengan kemampuan
berfikir yang dimiliki, manusia sering menggunakan keistimewaannya tersebut
untuk hal-hal yang berlawanan dengan aturan agama. Seluruh manusia biasa yang
hidup di muka bumi ini pernah melakukan yang namanya dosa, misalnya ; dusta,
fitna, munafik, dan lain sebagainya.
Manusia yang melanggar
aturan agama dianggap berdosa, dan orang yang berdosa akan memperoleh balasan
di hari akhir nanti berupa siksaan yang sesuai dengan kadar dosa yang
dilakukan. Sebaliknya, orang yang berbuat kebaikan akan memperoleh pahala, dan
pahala yang didapatkan akan diberi ganjaran di Syurga sesuai jumlah pahala yang dimilikinya.
Lantas bagaimana nasib
seorang pendosa, dan apakah seorang pendosa akan langsung dibuang masuk ke
Neraka sebagai balasan atas perbuatannya?. Pertanyaan ini tentu membutuhkan
kajian yang sangat dalam dan tulisan ringkas ini tidak akan cukup memuat isi
keseluruhan kajian teologis tersebut, namun setidaknya, penulis ingin memberi
gambaran flexibel yang dianut oleh Islam sebagai agama bagi manusia yang
berbuat dosa, bahkan bagi manusia yang berlumuran dosa.
Salah satu riwayat
menceritakan bahwa pernah satu ketika seorang pemuda tidak memperoleh
ketenangan batin atas dosa yang dilakukan selam hidupnya. Dia merasakan
keresahan dan ketakutan atas perbuatan hitam yang selama ini menjadi teman hidupnya.
Akhirnya dia memutuskan untuk merubah perbuatan itu dan mencari alim Ulama
untuk meminta pencerahan, dalam perjalan dia bertemu dengan seorang alim
Ulama dan bertanya ;
“apakah aku masih bisa
diampuni oleh tuhan?”. Ulama itu kemudian menjawab
“dosa apa saja yang
pernah kamu lakukan?”.
“saya telah melakukan
semua perbuatan yang dianggap agama sebagai pelanggaran, mencuri, minum minuman
keras, memperkosa dan membunuh. Bahkan saya sudah membunuh 99 orang”. Tandasnya sambil menatap tajam sang alim
Ulama
Dengan percaya diri
alim Ulama itu mengatakan ; “tidak, kamu sudah berlumuran dosa dan tidak bisa
diampuni lagi”.
Pendosa itupun langsung
mencabut sabit di pinggangnya dan
memotong batang leher sang alim Ulama kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah
perjalanan, dia bertemu lagi dengan seorang alim Ulama dan bertanya persis
dengan pertanyaan kepada alim Ulama sebelumnya. Pemuda itu kemudian mendapatkan
jawaban yang bijak dan memberi harapan padanya untuk memperbaiki hidup. Dia
diminta untuk berjalan ke suatu kampung yang dipenuhi dengan orang-orang alim
untuk melakukan pembersihan diri. Maka berjalanlah orang yang sudah merengguk
nyawa sebanyak 100 orang tersebut ke kampung yang ditunjukkan oleh sang Ulama.
Malangnya, sebelum sampai di kampung yang dimaksud, pemuda itu dijemput oleh
malaikat maut dan konon orang tersebut membuat Malaikat Ridwan dan Malik
berdebat untuk memperebutkan sang pendosa tadi.
Ilustrasi di atas
memberikan gambaran kepada kita bahwa manusia yang berlumuran dosa sekalipun,
masih punya kesempatan untuk melakukan perbaikan atas perbuatannya. Agama
memberi kesempatan bagi manusia yang berlumuran dosa untuk bertaubat ,selama
manusia tersebut benar-benar ihlas bertaubat dan berjanji tidak akan mengulangi
perbuatan dosa
Al-Quran juga telah
menegaskan kepada manusia dalam surah Al-Baqarah
ayat 222 ; Allah Mencintai orang-orang
bertaubat dan mencintai orang-orang yang mengsucikan diri. Dengan tegas
Al-Quran menyampaikan kepada manusia bahwa Allah mencintai orang-orang yang
bertaubat dan membersihkan diri. Orang bertaubat yang dimaksud adalah orang
yang telah melakukan dosa, baik kecil maupun besar kemudian menyesali
perbuatannya , kembali kepada jalan yang benar dan berjanji tidak akan
melakukan perbuat yang sama. Orang seperti ini teramat dicintai oleh Allah SWT.
Manusia yang sering
melakukan dosa, baik sengaja maupun tidak sengaja, besar maupun kecil, merupakan
konsekwensi dari kebebasan manusia menggunakan potensi yang dimilikinya. Namun
manusia tidak boleh larut dalam putaran hitam tersebut, sebaliknya manusia
harus berkeinginan dan berjuang untuk memperbaiki perbuatan setiap saat.
Maros, 21 Januari 2014
Safaruddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar