Kamis, 22 Januari 2015

SIRAM SETELAH BUANG AIR

Manusia dipilih sang pencipta untuk menjadi khalifa di muka bumi ini, khalifa yang dimaksud adalah menjadi pemimpin bagi diri, keluarga, bangsa dan agama, serta menjadi pengelola segalah sumber daya yang terdapat di atas dan di bawah bumi ini. Sebagai pengelola bumi, manusia kemudian dianugrahi kemampuan berfikir yang baik  dan hati naluri untuk membedakan perbuatan baik dan buruk.

Dengan potensi besar yang dimiliki tersebut, manusia diberikan kebebasan untuk memilih perbuatan apa yang ingin dilakukan, dengan satu catatan bahwa setiap pilihan yang ditempuh, masing-masing mempunyai konsekwensi  dan akibat  yang logis untuk diri manusia itu sendiri. Berbeda dengan binatang yang hanya diberikan naluri untuk mempertahankan hidup.


Namun kebebasan yang dimiliki oleh manusia dengan potensi yang dianugrahkan tuhan tidaklah bersifat mutlak, kebebasan itu dibatasi oleh aturan-aturan yang ada, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Aturan itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu ; aturan agama, aturan Negara dan aturan budaya atau sering disebut adat.

Berdasarkan aturan-aturan tersebut di atas, manusia akan memperoleh konsekwensi dari tiap perbuatannya di muka bumi ini. Manusia yang melanggar aturan budaya disebut a-moral, manusia yang melanggar aturan Negara sering disebut terpidana, dan manusia yang melanggar aturan agama dianggap pendosa.

Sudah umum diketahui bahwa manusia merupakan tempat kesalahan, kehilafan dan dosa. Dengan kemampuan berfikir yang dimiliki, manusia sering menggunakan keistimewaannya tersebut untuk hal-hal yang berlawanan dengan aturan agama. Seluruh manusia biasa yang hidup di muka bumi ini pernah melakukan yang namanya dosa, misalnya ; dusta, fitna, munafik, dan lain sebagainya.

Manusia yang melanggar aturan agama dianggap berdosa, dan orang yang berdosa akan memperoleh balasan di hari akhir nanti berupa siksaan yang sesuai dengan kadar dosa yang dilakukan. Sebaliknya, orang yang berbuat kebaikan akan memperoleh pahala, dan pahala yang didapatkan akan diberi ganjaran di Syurga sesuai  jumlah pahala yang dimilikinya.

Lantas bagaimana nasib seorang pendosa, dan apakah seorang pendosa akan langsung dibuang masuk ke Neraka sebagai balasan atas perbuatannya?. Pertanyaan ini tentu membutuhkan kajian yang sangat dalam dan tulisan ringkas ini tidak akan cukup memuat isi keseluruhan kajian teologis tersebut, namun setidaknya, penulis ingin memberi gambaran flexibel yang dianut oleh Islam sebagai agama bagi manusia yang berbuat dosa, bahkan bagi manusia yang berlumuran dosa.

Salah satu riwayat menceritakan bahwa pernah satu ketika seorang pemuda tidak memperoleh ketenangan batin atas dosa yang dilakukan selam hidupnya. Dia merasakan keresahan dan ketakutan atas perbuatan hitam yang selama ini menjadi teman hidupnya. Akhirnya dia memutuskan untuk merubah perbuatan itu dan mencari alim Ulama untuk meminta pencerahan, dalam perjalan dia bertemu dengan seorang alim Ulama  dan bertanya ;

“apakah aku masih bisa diampuni oleh tuhan?”. Ulama itu kemudian menjawab

“dosa apa saja yang pernah kamu lakukan?”.

“saya telah melakukan semua perbuatan yang dianggap agama sebagai pelanggaran, mencuri, minum minuman keras, memperkosa dan membunuh. Bahkan saya sudah membunuh 99 orang”.  Tandasnya sambil menatap tajam sang alim Ulama

Dengan percaya diri alim Ulama itu mengatakan ; “tidak, kamu sudah berlumuran dosa dan tidak bisa diampuni lagi”.

Pendosa itupun langsung mencabut sabit di pinggangnya  dan memotong batang leher sang alim Ulama kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan, dia bertemu lagi dengan seorang alim Ulama dan bertanya persis dengan pertanyaan kepada alim Ulama sebelumnya. Pemuda itu kemudian mendapatkan jawaban yang bijak dan memberi harapan padanya untuk memperbaiki hidup. Dia diminta untuk berjalan ke suatu kampung yang dipenuhi dengan orang-orang alim untuk melakukan pembersihan diri. Maka berjalanlah orang yang sudah merengguk nyawa sebanyak 100 orang tersebut ke kampung yang ditunjukkan oleh sang Ulama. Malangnya, sebelum sampai di kampung yang dimaksud, pemuda itu dijemput oleh malaikat maut dan konon orang tersebut membuat Malaikat Ridwan dan Malik berdebat untuk memperebutkan sang pendosa tadi.

Ilustrasi di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa manusia yang berlumuran dosa sekalipun, masih punya kesempatan untuk melakukan perbaikan atas perbuatannya. Agama memberi kesempatan bagi manusia yang berlumuran dosa untuk bertaubat ,selama manusia tersebut benar-benar ihlas bertaubat dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa

Al-Quran juga telah menegaskan kepada manusia dalam  surah Al-Baqarah ayat 222 ; Allah Mencintai orang-orang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mengsucikan diri. Dengan tegas Al-Quran menyampaikan kepada manusia bahwa Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan membersihkan diri. Orang bertaubat yang dimaksud adalah orang yang telah melakukan dosa, baik kecil maupun besar kemudian menyesali perbuatannya , kembali kepada jalan yang benar dan berjanji tidak akan melakukan perbuat yang sama. Orang seperti ini teramat dicintai oleh Allah SWT.

Manusia yang sering melakukan dosa, baik sengaja maupun tidak sengaja, besar maupun kecil, merupakan konsekwensi dari kebebasan manusia menggunakan potensi yang dimilikinya. Namun manusia tidak boleh larut dalam putaran hitam tersebut, sebaliknya manusia harus berkeinginan dan berjuang untuk memperbaiki perbuatan setiap saat.

Maros, 21 Januari 2014



Safaruddin

Tidak ada komentar: