Diposting 12 Januari 2015, Admin : Safaruddin
Tuan Presiden Suharto,
Bersama ini saya ingin
mengingatkan Tuan terhadap segala sesuatu yang nampaknya oleh Tuan akan
dilupakan. Hal hal yang akan dikemukakan ini saya anggap sebagai kewajiban bagi
saya untuk menjelaskannya secara benar karena saya justru mengikuti peristiwa-peristiwa
di Indonesia itu dari dekat.
Barangkali sementara
orang akan berpendapat akan lebih baik kalau saya diam seribu bahasa seperti
Sphinks (arca batu di Mesir) daiam hal ini. Akan tetapi karena saya tanggung
jawab maka saya harus melakukan hal ini biar membawa resiko betapapun besrnya
terhadap diri saya. Inipun karena makin lama di seluruh dunia maupun di
Indonesia sendiri banyak tersebar cerita-cerita palsu yang disebarkan tentang
peristiwa-peristiwa di Indonesia itu sehingga membeberkan keadaan yang sebenarnya
itu merupakan kewajiban saya.
Karena itulah saya
kirimkan surat terbuka ini kepada Tuan dalam kedudukan saya sebagai warga
negara Indonesia. Selain itu surat terbuka yang saya kirimkan kepada tuan ini
termasuk segala isinya adalah sepenuhnya tanggung jawab saya dan tidak ada
sangkut pautnya dengan Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang terdahulu.
Sebenarnya agaknya
sudah terlambat untuk mempersoalkan kembali tentang para Perwira yang telah
dinyatakan sebagai “kontra revolusi” atau pemberontak pemberontak terhadap
Negara dimana mereka telah sama dihukum mati.
Selama ini saya selalu
berpendirian tidak sependapat dengan adanya dalil bahwa ” yang berkuasa itu
selalu benar” (power can do no wrong). Sikap inipun sama sewaktu Presiden
Soekarno berkuasa Saya berpendapat bahwa seorang Kepala Negara itu mesti
dikerumuni oleh orang orang yang mendukungnya. Begitu juga halnya dengan Tuan
bahwa di sekeliling Tuan itu banyak orang-orang berkerumun yang pada umumnya
tidak berani membuka mulutnya berpura-pura taat dan tunduk bahkan ada yang
menjilat yang pada hakekatnya mereka bertujuan untuk mendapatkan kesempatan
berkuasa lebih banyak Karena itulah apa yang sebenarnya terjadi di sekitar Tuan
sulit akan terungkap.
Pertama-tama dalam
surat terbuka saya ini saya ingin mengemukakan apa yang disebut “proses” dimana
banyak orang telah dibunuh karena dituduh melakukan kejahatan terhadap Negara.
“proses” ini yang sebenamya terjadi di luar norma-norma Hukum dan Keadilan
lebih tepat untuk disebut “teror dan kekerasan”
Dan mereka orang-orang
yang tidak puas dan tidak mau bicara sewaktu kekuasaan Soekarno maka setelah
situasi berubah lalu bersikap tidak bertanggung jawab dan turut serta melakukan
pembunuhan dan teror. Dalam hal ini Tuan telah membiarkahnya. Andai kata nanti
pada suatu ketika kedudukan Tuan diganti oleh orang lain sudah tentu akan
terjadi hal yang sama dimana pembantu-pembantu Tuan yang penting sipil maupun
militer termasuk mungkin Tuan sendiri akan mendapat perlakuan yang sama di mana
mereka dituduh dan dituntut dengan hukuman mati dengan berbagai dalih misal
“karena melakukan korupsi”
Dalam hubungan ini
saya ingin bertanya kepada Tuan : “Mengapa Tuan membiarkan dan memberi
kesempatan semua itu berlalu yang dapat menjadi contoh (preseden) jelek bagi
suatu Negara yang masih muda dan rakyatnya sedang berkembang yaitu Indonesia ?”
Bukan maksud saya
untuk mencela kebijaksanaan politik yang Tuan lakukan. Akan tetapi perhatian
tertumpah kepada mereka yang dibunuh dan diteror dengan memakai dalih
“pembersihan terhadap golongan merah” sejak peristiwa G 30 S itu terjadi.
Padahal kebanyakan dari mereka itu hanyalah pengikut-pengikut Soekarno yang
tidak tahu menahu tentang peristiwa G 30 S.
Bahkan saya memperoleh
berita bahwa tidak kurang dari 800.000 Rakyat Indonesia yang telah terbunuh
diantaranya trdapat kaum wanita dan anak-anak karena hanya sebagai simpatisan
PKI.
Harian”London Times”
membuat berita pada Januari 1966 sebagai berikut “Bahkan sejak pecahnya
peristiwa G 30 S itu dalam 3 bulan telah ratusan ribu kaum komunis yang dibunuh
jumlah mana menurut para diplomat barat angka tersebut masih terlalu rendah.
Sementara itu menurut
sementara pengusaha-pengusaha dan turis-turis dari Eropa yang pulang dari
Indonesia mengatakan bahwa pembunuhan dan teror itu begitu hebatnya sehingga
mereka melihat sementara di sungai-sungai penuh dengan hanyutnya mayat- mayat
tanpa kepala dan sementara anak-anak di desa-desa katanya bermain sepak bola
dengan kepala-kepala manusia yang terbunuh. Pokoknya dalam tempo 3 bulan
sesudah peristiwa G 30 S itu situasi di Indonesia dicekam dengan ketakutan dan
ketegangan dimana banyak darah mengalir yang belum pernah terjadi dalam sejarah
bangsa Indonesia.
Seorang wartawan dari
“Washington Post” memberitakan dari Jakarta bahwa di Jawa Timur saja telah
terbunuh 250.000 orang, demikian menurut sumber dari golongan Islam. Lebih
lanjut “Washington Post” memberitakan bahwa puncak pembunuhan dan teror itu
pada bulan November 1965. Kepala-kepala manusia telah dijadikan hiasan
(decorasi) pada suatu jembatan. Di tempat lain orang melihat bahwa mayat-mayat
tanpa kepala dihanyutkan di sungai-sungai di atas rakit dalam deretan yang
panjang. Sungai bengawan Solo yang indah permai ketika itu penuh dengan
mayat-mayat sehingga di sementara tempat kadang-kadang airnya tidak terlihat
tertutup oleh mayat-mayat itu. Sungai-sungai itu airnya menjadi merah karena
darah Rakyat.Pokoknya ketika itu Indonesia seperti neraka demikian tulis
Washington Post.
Sementara itu harian
Inggris “Economist” memperkirakan bahwa korban yang jatuh karena pembunuhan dan
teror itu mencapai 1.000.000 orang.
Saya ingin bertanya
kepada Tuan: mengapa pertumpahan darah itu sampai terjadi atas mereka yang
belum tentu berdosa? Dan mengapa masyarakat dunia diam seribu bahasa ? Padahal
dipihak lain kalau seorang manusia terbunuh di sepanjang tembok Berlin saja,
maka seluruh dunia Barat
ramai dan geger. Tapi
mengapa dunia Barat itu diam dimana 800.000 Bangsa Asia (Indonesia) telah
dibunuh dan diteror dengan darah dingin, bahkanan dalam situasi Dunia sedang damai??
Saya tahu pasti bahwa
diantara yang terbunuh itu ada orang komunis. Tapi apa artinya kemerdekaan dan
hak azasi manusia kalau Tuan membenarkan pembunuhan besar-besaran itu sekedar
karena mereka melakukan gerakan di bawah tan ah yang tidak diketahui oleh
Pemerintah Tuan ?
Sebenamya Tuan akan
lebih bijaksana kalau Tuan mengambil langkah-langkah pencegahan terjadinya
pembunuhan besar-besaran itu sebelunm PK.I dinyatakan dilarang oleh
undang-undang.
Akan tetapi Tuan ternyata tidak berbuat demikian dan hal ini
dianggap sebagai pelanggaran terhadap hal-hal azasi manusia dan Tuan tidak
mendapatkan respek. Lepas dari ideologi apa yang sudah terjadi itu merupakan
“kejahatan nasional”
Tuan Suharto.
Tuan Suharto.
Meskipun Tuan akan
menolak dengan berbagai dalih untuk bertindak dan mencegah terhadap “kejahtan
nasional” yang telah berlangsung itu – dimana telah ratusan ribu orang tak
berdaya telah dibantai- bagaimanapun saya juga bersikap tidak membenarkan
bahkan mengutuk peristiwa itu. Bukankah telah menjadi kenyataan bahwa pemerintah
Orde Baru yang Tuan pimpin memakai slogan demi “penumpasan terhadap PKI”?
Ataukah Tuan amat kuatir kalau kekuasaan Soekarno bangkit kembali beserta
pendukung- pendukungnya karena Tuan tahu pasti bahwa lebih dari 50 % Rakyat
Indonesia itu masih setia pada Soekano? Hal ini pasti Tuan tidak lupa bukan ?
Ataukah barangkali Tuan berpendapat bahwa peristiwa G 30 S itu sudah lampau dan
harus dilupakan? Bagi saya hal itu bukan soal. Akan tetapi yang menjadi
masalah: masih terlalu banyak hal-hal dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
terjawab dan bahkan sengaja disembunyikan walaupun begitu saya masih merasa
beruntung dan bangga bahwa saya dalam peristiwa 1965 itu tahu dari dekat dan
mendapat pelajaran yang bermanfaat. Bahwa fakta-fakta yang benar dalam sejarah itu
kadang-kadang memang diputar balikkan oleh karena mereka yang berkuasa dengan
maksud untuk kepentingan atau keuntungan tujuan politknya. Begitu juga dengan
berita-berita dalam pers (koran-koran) telah dibuat demikian rupa oleh penguasa
sebagai suatu Propaganda untuk kepentingan politik pemerintah.
Sebagai misal yang
paling mudah kita ambil contoh peristiwa G 30 S. Peristiwa ini sebenamya trjadi
pada tanggal l Oktober 1965 dinihari yang didukung oleh dewan revolusi dengan
dipimpin oleh salah seorang perwira penanggung jawab pengawal istana Presiden
Soekarno yaitu Letnan Kolonel Untung. Pengumuman dewan revolusi itu berbunyi
sebagai berikut:
“Sekelompok (grup)
Jenderal merencanakan untuk mengambil oper kekuasaan (coup) dari Pemerintah
Presiden Soekarno dan beliau akan dibunuh. Mereka membentuk dewan Jenderal
dengan tujuan untuk membentuk kekuasaan Militer. Rencana coup tersebut akan
dilakukan pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965 yang akan datang. Untuk mencegah
itu maka dewan revolusi mendahului mengambil langkah dengan menangkap 6
Jenderal diantaranya Jenderal A Yani,
Dalam hal ini Tuan
temyata telah meyakinkan orang banyak (menfitnah) dengan melancarkan berita
bahwa G 30 S itu dilakukan oleh PKI. Hal ini jelas tidak benar. Bukankah yang
melakukan gerakan ini adalah orang-orang militer? Dan saya meragukan kalau
mereka yang melakukan gerakan itu orang komunis.
Saya ingin bertanya
kepada Tuan lalu siapakali yang berbuat menyebarkan isyu sehingga timbul
situasi dimana masa dibakar dan digerakkan. dengan menuduh G 30 S itu didalangi
oleh PKI ?
Menteri Pertahanan
sendiri yaitu Jenderal Nasution sebagai salah seorang anggauta Dewan Jenderal
yang menunrt rencana seharusnya juga ditangkap oleh gerakan G 30 S telah
berkata pada upacara penguburan 6 Jenderal yang terbunuh itu pada HUT ABRI
tanggai 5 Oktber 1965 sebagai berikut:
“Sampai hari ini pun
HUT ABRI kita masih tetap penuh khitmat dan kebanggaan meskipun ditandai oleh
peristiwa yang merupakan noda bagi kita ABRI. Yaitu bahwa telah terjadi suatu
fitnah dan pengkhianatan serta kekejaman atas perwira-perwira tinggi kita.
Walaupun bagitu saudara saudara kita yang menjadi korban itu adalah tetap
merupakan pahlawan-pahlawan di hati kita Bangsa Indonesia. Yang pada akhirnya
nanti kebenaran pasti akan menang meskipun kita telah diftnah oleh
pengkhianat-pengkhinat int. Hal mana pada waktunya nanti kita akan
memperhitungkannya.”
Dalam pidato Jenderal
Nasution itu sama sekali tidak nampak ada kesan bahwa terbunuhnya 6 Jenderal
itu telah didukung apalagi dilakukan oleh PKI. Bahkan sebaliknya dari
kalimat-kalimat yg diucapkan oleh Jenderal Nasution itu jelas, bahwa peristiwa
G 30S itu adalah akibat pertentangan yg ada di kalangan ABRI sendiri.
Tuan Suharto –
dapatkah saya bertanya kepada Tuan, siapakan yang dimaksud dengan kata-kata
Nasution “fitnah dan pengkhianat pengkhianat” itu dan apakah yang dimaksud
dengan kalimat “kita akan memperhitungkan mereka”.
Sebenarnya yang
penting diperhitungkan dalam peristiwa itu adaiah: siapa dan apa tujuan dari 50
orang “yang bersegam seperti pengawal Presiden Soekarno” itu. Dan ketika mereka
menyerbu rumah dan kediaman Jenderal Nasution dengan senjata lengkap diketahui
jelas oleh beliau bahwa mereka itu (penyerbu) adalah mereka yang dikenal
sebagai orang-orang yang anti komunis. Justru karena mereka tidak kenal
Jenderal itulah maka mereka menyangka Letnan Tendean sebagai Komandan Jaga
dikira Jenderal Nasution dan terus menembaknya.
Dari fakta ini jelas
menurut penilaian saya bahwa andaikata para penyerbu itu benar-benar pengawal
Presidcn Soekarno pasti mereka akan tahu dan kenal betul pada Jenderal
Nasution. Jadi tidak masuk akal pula kalau para penyerbu itu adalah orang-orang
komunis yang mendapat tugas khusus tidak akan kenal pada Jenderal Nasution
sehingga terjadi kegagalan itu.
Apakah Tuan tahu –
bahwa banyak orang di Indonesia ini telah membicarakan bahwa timbul tanda tanya
yang besar yang penuh prasangka kepada Tuan.
Yalah: mengapa Tuan
sebagai komandan tertinggi pada Kostrad justru malah tidak diserbu untuk
dibnnuh dengan dalih katanya”karena mereka (penyerbu) tidak tahu alamat Tuan”?
Dan yang menarik perhatian lagi – justru Tuanlah yang pada tanggal l Oktober
1965 pada dinihari sudah memainkan peranan dan ambil oper pimpinan ABRI dengan
memberikan perintah-perintah sehingga dengan mudah sekali Tuan telah bisa
menguasai dan menumpas Dewan Revolusi dalam waktu yang singkat.
Setelah Presiden Soekarno
kehilangan Jenderal A. Yani maka beliau terus mengangkat Tuan sebagai Menteri
Hankam, sekaligus sebagai Pangab ABRI. Ini terjadi pada tanggai 14 Oktober 1965
dimana Presiden Soekarno pada pengangkatan Tuan itu telah berpesan sebagai
berikut:
“Adalah mendesak
sekali agar keamanan dan ketertibann harus segera dipulihkan agar terciptanya
keadaan, dimana emosi dari golongan kiri maupun golongan kanan dapat
ditenangkan dan dikendalikan, sehingga peristiwa G 30 S itu dapat diselesaikan
sambil kita mempelajari segala sesuatunya yang berkaitan dengan peristiwa
tersebut. Kejadian itu tidak akan menenangkan saya
sebelum segala
sesuatunya jelas siapa yg bertanggung jawab entah dari pihak manapun, entah
merah, hijau ataupun kuning”
Dengan demikian
menjadi jelas bahwa Tuan memikul tugas yang diberikan olch Presiden Soekarno
untuk menghimpun segala data sekitar peristiwa G 30 S itu dan seharusnya Tuan
segera memulai dengan penyelidikan dan pengusutan yang harus dilaporkan pada
Presiden Soekarno. Akan tetapi Tuan ternyata tidak mentaati perintah-perintah
itu bahkan Tuan telah memberikan tafsiran sendiri dan berkata:: “Sekarang saya
sudah memperoleh kepercayaan dari Presiden Soekarno. Dan saya akan terus
menumpas sisa-sisa kekuatan dari peristiwa tersebut ” Pernyataan Tuan jelas
mempunyai arti tersendiri.
Sebenarnya Presiden
Soekarno mengharapkan dan mempercayakan pada Tuan agar Tuan tetap setia dan
loyal untuk melaksanakan perintah-perintahnya. Dengan tujuan selanjutnya akan
diambil tindakan-tindakan hukum oleh Presiden Soekarno terhadap siapa yang
bersalah tanpa pandang bulu – apakah PKI atau pihak Militer. Akan tetapi Tuan
ternyata tidak memberikan laporan apa- apa pada Presiden Soekarno. Bahkan Tuan
telah menggerakkan ABRI tanpa persetujuan Presiden bersama-sama dengan beberapa
Jenderal antara lain Sarwo Edhie. Dan sejak inilah dimulai pengejaran dan
pembunuhan terhadap mereka yang belum tentu bersalah yaitu kaum komunis. Yang
kemudian telah terkenal luas di seluruh negeri bahwa TNI di bawah pimpinan Tuan
telah melakukan penganiayaan, pembakaran, perarnpokan dan pembunuhan terhadap
orang PKI. TNI telah melakukan teror yang berselubung di bawah pimpinan Tuan
Rakyat yang hidup tenang dihasut/dibangkitkan untuk membenci dan mengamuk
dengan dalih karena adanya kejadian terbunuhnya para Jenderal tersebut. Rakyat
telah dihasut untuk anti PKI yang dikaitkan dengan negeri Cina yang dituduh
memberikan dukungan terhadap G 30 S tersebut. Dan rakyat telah dibikin rupa
sehingga tidak percaya bahwa “Dewan Revolusi” itu ada.
Selanjutnya Presiden
Soekarno dipaksakan untuk menyatakan PKI dilarang dan di luar hukum karena
dianggap partai itu terlibat pada G 30 S. Selama setahun lamanya
mahasiswa-mahasiswa dan kelompok-kelompok yang tidak puas diorganisasi untuk
melakukan demonstrasi-demonstrasi terhadap Soekarno dengan tuntutan-tuntutan
termaksud. Akan tetapi Presiden Soekarno menolak untuk membubarkan PKI sebab
tidak ada data-data dan bukti-bukti yang menyakinkan yang sudah dilaporkan pada
Presiden.
Yang menarik perhatain
ialah, bahwa “pemimpin-pemimpin” demonstrasi tersebut yang katanya adalah
“mahasiswa-mahasiswa” kenyataannya umumya kebanyakan lebih dari 30 tahun dan
bahkan pengikut-pengikutnya demonstrasi iru memakai pakaian seragam para troops
(tentara payung) yang masih baru-baru. Sehingga perlu dipertanyakan apakah
benar mereka itu mahasiswa-mahasiswa betul ? Dan dari mana dana (keuangan) yang
didapat untuk mengorganisasi demonstrasi-demnstrasi itu? Dan mengapa ternyata
sekarang, bahwa mereka yang menjadi pemimpin-pemirnpin” demonstrasi itu kini
menempati kedudukan-kedudukan penting dalam Pemerintahan Tuan ?
Semua kekacauan dan
tidak tenang yang nampaknya dibikin (artificial) telah berlangsung se-lama satu
tahun. Sementara itu telah dilancarkan Propaganda secara luas bahwa segala
kesulitan dan keburukan diberbagai bidang itu ditimpakan pada PKI? Dan hal ini
sampai hari inipun masih berlangsung walaupun peristiwa G 30 S itu telah 4
tahun berlalu.
Akan tetapi tentang
hal ini sebenarnya dapat dimengerti sebab dalam politik yang berkuasa itu harus
membuat Rakyat yang tidak tahu apa-apa itu sedemikian rupa sehingga rakyat
merasa tidak tenteram dan aman dengan menimpakan kesalahan dan ancaman itu pada
PKI. yang kemudian
diarahkan bahwa
penguasa (pemerintah) itu adalah satu-satunya pelindung rakyat yang sebenarnya.
Kalau demikian halnya
maka jelas bahwa Tuan telah mengabaikan perintah dan peringatan Presiden
Soekarno pada sidang kabinet tanggal 2 Januari 1966 di Bogor yang meminta
kepada Tuan agar situasi yang tidak menentu itu harus segera diakhiri dan
dipulihkan sehingga rasa kesatuan dan persatuan bangsa lIndonesia dapat
tercipta kembali. Bukan saling membunuh diantara sebangsa dan setanah air.
Apabila pembunuhan besar-besaran itu berlangsung terus menerus maka perjuangan
kita selama ini akan sia-sia, karena dalam hai ini Tuan ternyata telah menempuh
jalan sendiri.
Saya tidak akan
mengatakan bahwa G 30 S itu baik. Tapi saya tidak akan menyalahkan siapa-pun
dan belum memberikan penilaian terhadap peristiwa itu.
Andaikata sebagai
orang komunis atau simpatisan. maka yang pertama-tama menjadi pertanyaan dan
yang tidak masuk akal apa perlunya dan apa keuntungannya PKI itu melibatkan
diri dalam G 30 S itu. Padahal PKI itu merupakan partai yang besar? Selain itu
kalau memang benar PKI itu adalah pengacau? Mengapa TNI tidak mengetahui atau
mencegah bahkan yang membakar Markas CG PKI itu dibiarkan untuk selanjutnya
diselidiki kalau-kalau bisa diperoleh data yang penting? Dan kalau benar PK1
itu terlibat apakah tidak lebih baik kalau para pemimpinnya yang bertanggung
jawab diadili di depan umum untuk diketahui oleh seluruh Rakyat Indonesia? Dan
mengapa Tentara yang menangkap DN Aidit itu justru telah membunuhnya dengan
diam-diam baru kemudian melapor pada Presiden Soekarno. Dan apa pula sebabnya
ketua I dan wakil ketua II PKI. yaitu Sdr. Nyoto dan Lukman juga diperlakukan
yang sama dengan cara dibunuh dengan diam-diam dan tanpa proses hukum?
Kata orang bahwa NU
itu mempunyai anggota sebanyak 6 juta. Tapi mengapa orang-orang di kalangan
partai tersebut terlaiu takut kepada PKI. yang jumlah angggotanya lebih kecil
hanya 3 juta orang ? Memang terlalu banyak soal-soal dan pertanyaan- pertanyaan
yang tidak bisa terjawab bahkan sengaja ditutup disembunyikan.
Komunisme yang begitu
Tuan takutkan itu sebenarnya akan tidak berdaya. apabila kesengsaraan dapat
ditiadakan. Hakekat ideologi PKI di bawah pimpinan DN Aidit sebenarnya
berdasarkan Pancasila (Soekarnoisme). Dan PKI telah memainkan peranan yang
penting dalam kebangkitan dan kebangunan Bangsa Indonesia serta berjuang untuk
sosialisme Indonesia.
Juga Nasution pimpinan
MPRS. telah menyalahkan PKI karena telah melakukan aksi-aksi di bidang ekonomi.
Dia juga menyalahkan PKI bahwa sebab terjadinya inflasi dewasa ini karena
adanya hutang pada luar negeri sebanyak $ 2.5 milyard dan diantaranya berupa
pembelian sen-jata-senjata seharga $ l milyard pada Uni Sovyet. Yang aneh dalam
hal ini justru hutang-hutang pada Uni Sovyet ini bukankah Jenderal Nasution
sendiri yang menandatangani kontrak-kontraknya ? Bahkan dia sendiri sudah 2
kali berkunjung ke Moskow. Apakah dengan begitu ucapan Jenderal Nasution itu
dapat dipertanggung jawabkan ?
Tuan Suharto,
Saya ingin mengajukan
banyak data-data yang Tuan sendiri berharap akan menjadikan data-dala itu
sebagai bukti terlibatnya PKI. Tapi mengapa Tuan tidak membuka penyelidikan
untuk menghimpun sesungguhnya ? Sudah tentu bukan data-data yang bersifat
sepihak. Saya kira seluruh Negri dan rakyat Indonesia berhak untuk tahu dan
mengerti yang sebenarnya. Sekali biar seluruh rakyat tahu juga bagaimana
pendapat Tuan tentang peristiwa tersebut. Hal ini penting sekali karena telah
diisukan bahwa bukan hanya PKI yang terlibat tapi juga Presiden Soekarno yang
ikut dituduh merestui ” dewan revolusi.”
Selain itu juga
dikatakan bahwa beberapa ribu orang PKI sebelum peristiwa G 30 S itu telah
dipersiapkan dengan mengadakan latihan militer di daerah lapangan udara Halim.
Dimana Presiden Soekarno pada tengah malam ketika peristiwa itu terjadi juga
diamankan disitu. Dengan adanya berita-berita itu orang pada bertanya bagaimana
hal ini bisa terjadi adnya suatu latihan militer yang diikuti oleh ribuan orang
dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi ? Dan apa perlunya Presiden Soekarno
itu mencari perlindungan di tempat yang tidak menguntungkan baginya?
Kenyataan
berita-berita lain yang saya peroleh dari lapangan udara Halim adalah bahwa :
peristiwa G 30 S itu adaiah cetusan dari suatu konflik dalam angkatan Darat.
Oleh karena itu mereka menggunakan dalih”pribadi Soekarno itu dibawa kesana
karena saya sebagai istri merasa khawatir akan keselamatan suami saya. Sampai
di Halim saya malah jadi bingung karena ketika saya tanyakan pada sementara
orang tenyata tak seorang pun yang tahu apa yang telah terjadi. Bahkan ketika
itu kita tidak tahu bahwa Jenderal A.Yani telah terbunuh. Pokoknya ketika itu
kita tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan. Hampir semuanya dalam kebingungan
dan tidak tahu apa yang akan diperbuat. Tidak seorang pun tahu apa yang telah
terjadi dan apa yang akan terjadi berikutnya.
Dalam mengenang
peristiwa G 30 S itu kembali saya kira persoalannya akan lain andaikata
Jenderal A.Yani masih hidup. Presiden Soekarno sendiri sangat sedih bagaimana
sampai terjadi dia jadi korban dan bagaimana tempat tinggalnya sampai
diketahui.
Selain hal diatas
dengan ini saya ingin mengajukan pertanyaan yang penting kepada Tuan yang
kiranya Tuan perlu perhatikan.Yalah tentang adanya ” dewan jenderal” yang Tuan
telah tentang keras tidak mengetahuinya. Orang hanya tahu bahwa Jenderal A.
Yani dan jenderal-jenderal lain yang terbunuh itu yang hanya mengetahui tentang
persoalan “dewan jenderal1′ tersebut.
Akan tetapi 2 minggu
sebelum peristiwa tersebut Presiden Soekarno bertanya kepada Jenderal A. Yani:
bagaimna sebenamya duduk persoalan dewan jenderal tersebut. Yang dijawab oleh
Jenderal A. Yani dengan tegas: Bapak Presiden serahkan kepada saya saja segala
hal yang bersangkutan dengan anak buah saya tersebut” (maksudnya D.D.)
Dari dialog tersebut bagi saya timbul pertanyaan yang besar:
bagaimana bisa terjadi Jenderal A. Yani itu ikut terbunuh? (jelas karena justru
ada kontradiksi dalam ABRI sendiri=penyalin).
Jadi andai kata Tuan benar-benar obyektif maka pasti Tuan akan yakin bahwa Soekarno itu benar-benar tidak terlibat dan tidak tahu apa-apa tentang G 30 S tersebut.
Jadi andai kata Tuan benar-benar obyektif maka pasti Tuan akan yakin bahwa Soekarno itu benar-benar tidak terlibat dan tidak tahu apa-apa tentang G 30 S tersebut.
Tuan Suharto,
Dengan mengetahui
tentang hal-hal di atas maka lalu timbul pertanyaan saya: apakah kiranya
jawaban Tuan ada seluruh rakyat Indonesia yang menduga bahwa dengan adanya
tindakan cepat dari Tuan untuk membentuk kekuasaan “orde baru” dalam situasi
yang kacau balau itu bukankah justru sebenarnya Tuanlah yang mempunyai semua
rencana dan melaksanakan rencana “dewan jenderal”
Bukti-bukti kemudian
menunjukkan bahwa dalam situasi yang kacau di Indonesia itu, Tuan telah
membangun tentara yang berorientasi ke kanan, bergandengan tangan dengan
sementara mahasiswa-mahasiswa (yang tidak puas) yang kemudian didorong dan
bekerja sama dengan pimpinan-pimpinan partai islam serta politisi yang kanan
untuk menghancurkan PKI. Yang selanjutnya terjadilah pembunuhan dan pertumpahan
darah yang terencana. Bagaimana hal ini sampai terjadi bahwa sikap ABRI malah
lebih dekat dengan Pentagon (markas Besar Departemen Pertahanan Amerika
Serikat) dimana hampir semua kegiatan militer didunia dikendalikan dari sana?
Apakah dalam situasi demikian itu orang bisa mengharapkan lain kecuali PKI itu
menjadi hancur beranakan karenanya dan hubungan dengan RRC dengan sendirinya
putus.
Presiden Soekarno
telah berulang kali mengatakan bahwa tidak benar untuk hanya menyalahkan PKI.
Beliau berkata: “Kita jangan melemparkan semua kesalahan itu kepada PKI saja.
Tapi persoalannya terletak pada hal-hal lain.”
Saya sangat menghargai
akan sikap Bung Karno yang begitu tegas itu meskipun beliau harus mengorbankan
nasibnya sendiri. Beliau telah menolak untuk tunduk pada tekanan pihak ABRI
untuk menyatakan PKI itu dilarang dan di luar hukum. Ideenya meskipun telah
mengalami tekanan yang berat dari pihak ABRI. Andaikata Bung Karno itu tidak
bersikap teguh sedemikian rupa, barangkali situasi dan posisi beliau tidak akan
seburuk seperti sekarang, apalagi kalau beliau melakukan langkah-langkah
kompromis. Tapi beliau tidak demikian dan tetap berpegang teguh pada kebenaran
dan keadilan.
Adam Malik, Menteri
Luar Negri Republik Indonesia pada tahun 1966 telah berbicara di depan
mahasiswa-mahasiswa di Tokyo dengan penuh kebohongan dan kebodohan. la
menerangkan bahwa Soekarnolah yang bertanggung jawab atas terjadinya pembunuhan
massal terhadap kaum komunis di Indonesia itu. Andaikata Soekarno tepat pada
waktunya menentukan sikapnya terhadap PKI maka pembunuhan massal itu dapat
dihindari.
Dengan pidatonya Adam
Malik itu maka orang-orang yang tidak tahu tentang apa sebenarnya yang telah
terjadi di Indonesia itu akan menanggapinya dengan benar. Sementara itu Bung
Karno masih terus secara terbuka berbicara dan menjelaskan duduk persoalan yang
sebenarnya tentang PKI itu. Hal ini pun telah ditafsirkan oleh sementara mereka
itu, bahwa Presiden Soekarno telah merestui tindakan-tindakan lebih lanjut dari
PKI yang ternyata kemudian berakibat terjadinya pembunuhan yang lebih kejam.
Seperti kata pepatah
Latin”Cui Bono” yang artinya: yang penting bukan siapa yang benar akan tetapi
siapa yang memperoleh keuntungan. Bukankah kemudian ternyata terbukti, bahwa
Amerika Serikatlah yang memperoleh keuntungan dengan peristiwa G 30 S itu. Kini
terbukti bahwa Jakarta telah dibanjiri oleh Investor-Investor asing (penanam
modal) yaitu Amerika Serikat. Tentang inipun tidak menjadi soal andaikan dengan
kegiatan-kegiatan ekonomi itu Indonesia dan rakyatnya yang pertama-tama
memperoleh keuntungan. Bung Karno sejak semula sebenarnya selalu menolak untuk
dibuatkan patung untuk dirinya. Baru setelah 22 tahun kemudian beliau mengabdi
kepada Revolusi Indonesia dengan enggan beliau baru menerima untuk dituliskan
autobiografinya (riwayat hidupnya).
Akan tetapi bagi Tuan
Suharto sendiri segera setelah tidak lama memegang kekuasaan telah dibuatkan
buku riwayat hidup Tuan dengan memakai judul “The Smiling General” (Jenderal yang
suka senyum). Selain itu Tuan telah mengabadikan potret Tuan pada uang kertas
Republik Indonesia yang sudah tentu agar Tuan cepat dikenal. Semua itu tentunya
dengan advis (pertimbangan) para pembantu yang mengelilingi Tuan.
Tetapi sebaliknya –
Tuan sama sekali telah meniadakan foto-foto Bung Karno pada kedutaan-kedutaan
di Luar Negeri yang mempunyai kebiasaan memancangkan foto tokoh-tokoh dari
bangsa di Dunia. Dalam hal ini tidak satu gambar Presiden Soekarno nampak
Tuan Suharto,
Tuan yang pernah mengkritik
tentang kediktatoran Presiden Soekarno dan bahkan Tuan telah berjanji akan
memulihkan demokrasi di Indonesia, ternyata sekarang Tuan telah berbuat melebih
apa yang diperbuat oleh bung Kanio. Langkah pertama yang seharusnya Tuan
lakukan untuk men demokratisir keadaan/ situasi antara lain tentang pemilihan
Presiden. Temyata tentang halin inipun oleh Tuan selalu ditunda-tunda. Selain
itu Tuan telah melarang untuk mencantumkan nama Bung Karno dalam buku-buku
sejarah Indonesia yang harus diterbitkan. Sementara itu Tuan telah menahan Bung
Karno dengan dalih untuk melindungi keselamatannya yang hakekatnya Tuan telah
mengisolir beliau dari dunia luar. Tindakan Tuan yang tidak benar dan tidak
adil inilah yang menyebabkan Bung Karno itu menjadi sakit. Beliau tidak
mendapat perawatan sebagaimana mestinya. Dokter-dokter yang disediakan hanya
proforma saja. Malah dokter gigi yang sangat diperlukan oleh beliau Tuan tidak
berikannya. Bahkan pernah ada orang yang mengingatkannya agar Bung Karno itu
jangan selalu diberi obat-obat injeksi sebab ada kemungkinan obat-obat in
justru membahayakan kesehatannya.
Disamping itu saya
juga berharap mudah-mudahan makanan yang dibuat dan dikirm oleh Putra/Putri
Bung Soekarno itu benar-benar akan sampai ke tangan beliau selama beliau dalam
isolas dalam tahanan benar-benar dalam keadaan sangat berat dalam hidupnya.
Bahkan hak-hak ke manusiannya yang paling azasipun beliau tidak memperolehnya.
Satu-satunya kesempatan yang diberikan kepada beliau selama beliau untuk
meninggalkan isolasinya ialah ketika menghadir-perkawinan salah satu putrinya.
Untuk itu mobil Bung Karno dikawal dengan ketat dengan kendaraan panser dan
tidak boleh didekati oleh siapapun. Ketika beliau berdiri dan mendekati
putrinya yang sedang menjadi temanten guna memberikan ciuman selamat dari
seorang ayah pada anaknya inipun teiah dicegah oleh Polisi Militer yang
mengawalnya dan beliau didorong secara kasar sehingga terjatuh duduk di atas
sofa. Selain itu wajah beliau ditutupi dan dihalang-halangi agar tidak dapat
diambil fotonya.
Andaikata saya yang
mendapat perlakuan demikian mungkin pasti jiwa saya akan terpukul keras. Akan
tetapi karena Bung Soekarno itu mempunyai jiwa yang besar dan mentalnya kuat
perlakuan demikian itu dianggapnya sebagai pengorbanan yang harus dideritanya.
Saya benar-benar sangat khawatir bahwa mungkin perlakuan alat-alat kekuasaan
Tuan kepada Bung Karno itu kalau sedang sendirian lebih kasar karena di depan
umurn pun alat-alat kekuasaan Tuan itu sampai berani berbuat demikian terhadap
beliau. Tuan dapat saja menghancurkan jasmani Bung Karno tetapi Tuan tak akan
pernah berhasil menghancurkan semangat dan jiwanya dalam membela keadilan dan
kebenaran Jiwa dan semangat Bung Karno itu tak akan pernah mati!
Bung Karno telah
berjasa membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda yang 350 tahun lamanya.
Setelalh 13 tahun di penjara dan dibuang pemerintah Belanda dan memimpin
perjuangan bersenjata untuk kemerdekaan Indonesia selama tahun 1945 sampai
tahun 1949. Bung Karno itu pasti tahu apa yang harus diperbuat untuk mengisi
kemerdekaan negerinya.
Tanpa kepemimpinan
Bung Soekarno Tuan pasti tidak akan punya kedudukan sebagai Presiden seperti
sekarang ini. Bung Soekarno itu telah meletakkan Undang-undang dasar yang
demokratis untuk Indonesia dan telah mendirikan “Lingua Franca”.
Dibidang seni dan
budaya beliau adalah promotor. Beliaulah orangnya yang telah meletakkan dasar
untuk pembangunan Bangsa Indonesia. Apakah dengan jasa-jasanya itu tidakkah
pantas beliau mendapatkan imbalan?!.
Andaikan Bung Soekarno
tahu bahwa akan terjadi suatu pengkhianatan yang berakibat pembunuhan antar
sesama Bangsa seperti peristiwa G 30 S itu pasti beliau tidak akan
menyetujuinya
Dan sayapun tidak akan
tinggal diam apabila sampai suami saya terlibat dalam tindakan kekerasan itu.
Didepan mata saya Bung Karno itu sangat terpuji dengan sifat-sifatnya yang
luhur! Saya sangat yakin bahwa kalau ada seseorang yang berbuat dengan cara
sadar dan sistematis membunuh sesama manusia maka perbuatan itu adalah yang
paling keji dan tak beradab. Saya kenal pepatah Jepang yang berbunyi “mencekek
seseorang dengan kain sutra: Sehubungan dengan inilah Tuan Suharto. Tuan telah
memperkenankan Bung Karno itu diperlakukan sedemikian rupa tersiksa baik lahir
maupun batinnya.
Selama ini saya belum
pernah mengeluarkan suara atau pernyataan apa-apa karena saya sadar bahwa Tuan
sedang menghadapi persoalan-persoalan yang cukup gawat. Tapi kali ini saya
harus berbicara secara terbuka kepada Tuan karena: pertama-pertama untuk menjaga
keselarnatan dan nama baik Presiden Soekarno.
Ketika Presiden
Soekarno menyerahkan wewenangnya kepada Tuan sebagai pejabat Presiden pada
tanggal 7 Märet 1967 telah diberikan 3 syarat oleh beliau kepada Tuan. Salah
satu diantaranya yalah: bahwa Tuan harus menjaga keselamatan keluarga Presiden
Soekarno. Ternyata Tuan tidak memperhatikan permintaan beliau itu.
Sewaktu Tuan
diwawancarai oleh wartawan Jepang tentang banyaknya korupsi di Indonesia dewasa
ini. Tuan telah memberikan keterangan sebagai berikut: “Tentang masalah korupsi
itu saya kira selamanya akan ada. Dan soal korupsi ini sebenarnya adalah
sisa-sisa dari pemerintah Soekarno dulu. Sementara ini akan tetap demikian
karena memang sedemikian sejak semula”
Kalau ucapan Tuan itu
benar maka ucapan Tuan itu seakan-akan ucapan seorang yang üdak bertanggung
jawab. Sikap Tuan itu adalah licik dan tidak jantan karena Tuan ternyata
berlindung dibelakang nama Soekarno tentang apa yang sekarang terjadi. Ketika
Tuan berbicara demikian didepan wartawan itu maka habislah segala rasa hormat
saya pada Tuan sampai yang terakhirpun!
Memang selama masih
disebut manusia biasanya siapa yang menang akan selalu menganggap dirinya benar
dan sebaliknya mereka yang kalah pasti segala sesuatunya akan ditimpakan
kepadanya
Apabila Tuan memang
bersedia dan benar-benar mau menyelidiki serta memberantas korupsi sebagai
seorang warga negara Indonesia saya sepenuhnya bersedia untuk menjadi saksi dan
hadir pada setiap sidang-sidang pengadilan yang dilakukan secara terbuka. Sudah
tentu pelaksanaanya harus sesuai dengan norma-norma dan hukum yang berlaku dan
tidak ditutup-tutup serta tidak boleh (…?? Sambungan kalimat tidak jelas, oleh
penyebar, Enje)
Bung Karno adalah
Pahlawan Revolusi Indonesia. Dengan kerendahan hati ingin saya katakan bahwa
beliau memang belum tentu bisa menjadi pemimpin diwaktu damai. Akan tetapi saya
kira andaikata Bung Karno itu sewaktu menjadi mahasiswa sempat belajar di luar
negeri beliau pasti akan lebih banyak mengenal masalah-masalah ekonomi yang
akan melengkapi kepemimpinanya. Saya katakan demikian karena mungkin
“Nasionalisasi” perusahaan – perusahaan asing di Indonesia yang telah
dilakukanya itu sebagai suatu kekhilafan.
Selain itu Bung Karno
itu sebenarnya tak pernah mengalami dan berada dalam kehidupan keluarga yang
stabil. (Sebagai seorang pejuang pasti tidak mungkin ! penyalin). Andaikata
beliau lebih lama mengenal kehidupan rumah-tangga yang harmonis seperti halnya
kebanyakan orang mungkin beliau ini akan menjadi Presiden yang lebih baik dalam
suatu pemerintahan yang terpimpin dan sosiaiis dinegeri ini. Sayangnya tidak
memungkinkan sehingga beliau itu lebih cenderung pada sifat-sifat seorang
kaisar. Dan beliau jadi korban dari kekuasaan yang dikuasainya sendirian
secara-penuh.
Saya dapat mengatakan
demikian kepada Tuan karena saya memang menganggap dan menghomati Soekarno itu
sebagai orang besar. Akan tetapi kiranya Tuan tahu, bahwa saya tidak selalu
menyetujui setiap pendapatnya.
Sebagai misal terhadap
Pancasila yang beliau gali dan ciptakan itu, menunrt pendapat saya adalah
sepenuhnya terlalu idealistis. Meskipun idealisme itu perlu akan tetapi dalam
abad ke 21 ini tidak sepenuhnya idealisme itu dapat dilaksanakan dalam praktek.
Indonesia sebenarnya
belum matang untuk dibawa pada sistem demokrasi ala barat. Oleh karena itulah
maka Bung Karno memberikan konsep pemikiran: “Demokrasi Terpirnpin”.
Lebih-lebih karena Rakyat Indonesia kebanyakan masih banyak yang buta humf dan
taraf pendidikan maupun kemampuan ekonominya tidak sama. Dalam hal ini saya
sependapat dengan Bung Karno.
Akan tetapi dipihak
lain beliau itu telah meletakan dasar politik yang terlalu tinggi dan terlalu
ideal. Karena itu dapatlah dimengerti kalau beliau mendapat kritik yang begitu
keras terutama dengan cita-citanya untuk mengadakan perbaikan atas nasib
seluruh rakyat Indonesia secara rnasal dan serentak. Beliau sebetulnya harus
lebih realistis dengan ide-idenya itu. Pada saat-saat beliau mempunyai posisi
yang cukup kuat sebagai penguasa tertinggi mestinya bliau akan mendapatkan
dukungan dari pembantu-pembantunya atas ide-idenya tersebut. Akan tetapi
kebanyakan dari Rakyat Indonesia itu hanya mengharapkan perubahan-perubahn
dalam kebutuhan hidup sehari-harinya. Rakyat hanya menginginkan pemenuhan
material yang nyata dan mereka sudah mulai jenuh dengan idealisme yang sering
dipidatokan. Bung Karno itu mengemukakan bahwa dunia ini dikuasai oleh 2 blok
kekuasaan adi kuasa. Dan ide beliau ingin membentuk kekuatan ke 3 sebagai
imbangan. Dalam perjuangan mewujudkan cita-cita ini Indonesia dapat mempengaruhi
dan menggerakkan dunia ke 3 seperti negara- negar di Asia, Afrika dan Amerika
Latin. Ini berarti bahwa Indonesia sekaligus harus bisa berdikari disegala
bidang. Demikian yang dicita-citakan oleh Bung Karno.
Kalau kemerdekan penuh
dapat diberikan kepada semua negeri dan bangsa-bangsa yang terjajah. Akan sikap
politik Indonesia yang mengisolasi diri itu menyebabkan Indonesia menarik diri
dari keanggotaan P.B.B, dari Bank Dunia tidak ikut dalam Olympiade di Tokyo.
Hal ini terjadi dalam rangka ketegangan dan perjuangan pembebasan Irian Barat
dan konfrontasi dengan Malaysia.
Bung Karno berpendapat
bahwa P.B.B telah bersikap tidak adil terhadap anggota-anggotanya. Indonesia
yang belum pernah mendapat pinjaman dari Bank Dunia (Yang dikuasai oleh Amerika
Serikat) telah menolak bantuan itu, kalau memakai syarat-syarat politik.
Sebelum olympiade Tokyo dimulai Indonesia telah dituduh mempolitisir olah-raga
seluruh bangsa-bangsa Asia-Afrika di Jakarta (Ganefo). Karena Indonesia lalu
ditolak untuk ikut dalam Olympiade Tokyo itu. Dalam hal ini Bung Karno menolak
tuduhan tersebut kerena ternyata pertandingan-pertandingan Olympiade selama
inipun juga tidak mengikut sertakan semua negeri khususnya negara-negara
komunis.
Tuan Suharto,
Apabila Tuan juga
mencoba memikirkan tentang hari depan Indonesia pada hari-hari yang gawat itu
tuan pun akan pasti mempunyai pendapat-pendapat lain mengenai ide-ide Bung
Karno itu, yang mempunyai akibat tantangan angin taufan. Saya sendiripun ikut
prihatin dengan hati yang berdebar-debar memperhatikan bahwa diplomasi
Indonesia itu makin hari makin bergeser kekiri.
Memang tak ada orang
yang sempurna! Begitu juga dengan diri Bung Karno menurut saya apa yang
dikerjakan oleh beliau itu sama sekali tidak terselip untuk keuntungan diri
sendiri tetapi sepenuhnya segala sesuatunya itu diabdikan pada Indonesia dan
rakyatnya satu-satunya yang dicintainya dan hendak diabdinya. Dalam perjalanan
hidupnya Bung Karno itu selalu berusaha untuk mencegah dan menghindari ada
pertentangan dalam negeri yang bisa berakibat adanya korban-korban.
Dibanding dengan sikap
Tuan dan pembantu-pembantu Tuan ternyata jauh berbeda dimana Tuan atau
pembantu-pembantu Tuan telah memerintah Indonesia dengan perampokan dan
pertum-pahan darah. Tuan dan pembantu-pembantu Tuan kelak akan dituntut dengan
tuduhan telah melaksanakan pembunuhan yang disengaja terhadap ratusan ribu
orang PKI yang tidak bersalah, dengan dalih “penumpasan PKI sampai ke
akar-akarnya”
Siapa dapat percaya
bahwa Tuan percaya kepada Tuhan ? Dalam hal ini Indonesia seharusnya tidak
memerlukan Presiden dimana tangannya penuh berlumuran darah.
Tuan Suharto,
Bung Karno itu saya
tahu benar-benar sangat mencintai Indonesia dengan Rakyatnya. Sebagai bukti
bahwa meskipun ada lawannya yang berkali-kali hendak menteror beliau beliau pun
masih mau memberikan pengampunan kalau yang bersangkutan itu mau mengakui
kesalahannya. Dibanding dengan Bung Karno maka dibalik senyuman Tuan itu, Tuan
mempunyai hati yang kejam. Tuan telah membiarkan ratusan ribu orang orang PKI
dibantai. Kalau saya boleh bertanya : apakah Tuan tidak mampu dan tidak
berkuasa untuk mencegah dan melindungi mereka agar tidak terjadi pertumpahan
darah?
Mungkin Tuan kelupaan
bahwa ketika peristiwa tahun 1965 itu berlangsung Bung Karno tidak juga Tuan
suruh bunuh pula. Tuan pasti mudah amat untuk mempersalahkan dan menuduh PKI
itu bersalah sehingga terjadinya tragedi tersebut. Kalau Tuan mau berbuat
demikian maka pasti rakyat banyak yang menjadi pengagum dan menganut Bung Karno
itu akan tetap hidup tenang. Tidak seperti sekarang dimana mereka tidak dapat
berbuat apa-apa sementara mereka tidak tahu bagai-mana nasib pemimpinnya.
Semestinya Tuan tidak
perlu memperlakukan Bung Karno itu sedemikian rupa, yang rnungkin karena
perasaan kerdil Tuan. Sebenarnya Tuan akan lebih terhormat apabila Bung Karno
itu sebagai Pemimpin Besar Revolusi dapat meninggal secara wajar bukan karena
tersiksa dalam tahanan. Adalah suatu kerugian besar sekali bagi Indonesia bahwa
Bung Karno itu telah mendapat perilakuan yang tidak wajar seperti itu setelah
beliau mengabdi selama hidupnya untuk Negara Indonesia dan bangsanya.
Pada akhir surat
terbuka ini saya akan tutup surat ini dengan mengenang kembali akan kecintaan
dan kemesraan saya terhadap Bung Karno dengan seruan!!!
Sumber : @sejarah RI.
Paris, 16 April 1970
Tertanda,
Ratna Sari Dewi Soekarno
Tertanda,
Ratna Sari Dewi Soekarno
(Surat ini
diterjemahkan bebas oleh Vrij Nederland. Sumber: kolektorsejarah.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar