Selasa, 24 Februari 2015

AKTIVIS HARUS CERDAS

Seseorang yang aktif dalam sebuah organisasi dan konsisten memperjuangkan hak-hak masyarakat sering disebut sebagai aktivis. Sejak tahun 1965 predikat ini diberikan pada kelompok penggerak dan digerakkan untuk melawan pemerintahan orde lama yang dipandang sewena-wena dan tidak pro rakyat. 

Aktivis 65 bukan hanya berasal dari kelompok pemuda dan Mahasiswa melainkan seluruh elemen masyarakat yang melakukan intraksi pra revolusi struktur resim orde lama. sehingga pada masa itu hampir tidak dapat dibedakan mana penggerak dan yang digerakkan untuk menggulingkan Resim Soekarno.


Pada dekade 98 seorang aktivis sudah mulai diidentikkan dengan kelompok intelek, baik dari kalangan politisi, akademisi maupun dari kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Di masa ini para aktivis berada pada posisi strategis dalam misi meruntuhkan resim Soeharto. Elemen masyarakat, bersama aktivis dari berbagai kalangan bersatu padu dalam satu tujuan, yaitu menurunkan Soeharto dari pucuk pimpinannya.

Gerakan yang dilakukan oleh para aktivis (terlepas adanya campur tangan CIA) memperoleh hasil yang cukup memuaskan, dari masa orde baru menjadi masa reformasi (revitalisasi struktur). Di masa inilah setiap orang terbuka bebas untuk membentuk forum atau organisasi yang sifatnya non komersial, banyak organisasi kemasyarakatan dan  LSM yang lahir serta berkembang untuk menjadi mitra kritis bagi pemerintah.

Pada era saat ini, dimana setiap organisasi kepemudaan, organisasi kemasyarakatan dan LSM sudah tersebar di seluruh Indonesia tidak lagi berorentasi untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintahan yang dimandat masyarakat dengan proses pemilihan langsung, para aktivis dari berbagai latar belakang organisasi harus ikut serta dalam mengisi pembangunan ibu pertiwi ini.

Dalam konteks Maros saat ini, tentu kita harus mampu berfikir global dan bertindak lokal dalam rangka pembangunan Maros yang lebih baik dari sebelumnya. Para aktivis yang berasal dari latar belakang organisasi yang berbeda berkewajiban  berfikir, bertindak, bersikap dan berbuat dengan orentasi mengsejahterakan masyarakat Maros secara merata tanpa membeda-bedakan.
Salah satu syarat yang mesti dimiliki aktivis Maros adalah cerdas, seorang aktivis yang hanya bermodalkan keberanian dan kenekatan tidak memenuhi syarat untuk mendorong pembangunan sebuah wilayah melainkan hanya berpotensi membuat kisru gerakan yang berujung hambar bahkan bisa berujung caos. Apalagi jika seorang aktivis hanya mengandalkan komunitas (organisasi) tanpa memiliki nilai tawar berpikir dan bertindak.

Seorang aktivis yang produktif adalah mereka yang secara analitik dapat menangkap kesenjangan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun pihak swasta, hasil analisis itu kemudian dibedah dan didiskusikan bersama dalam satu kelompok. Ketika mendapatkan ketimpangan dari kebijakan tersebut selanjutnya dituankan dalam satu sikap kritis dengan mempersiapkan solusi bijak.
Tentu hal tersebut di atas merupakan konsep ideal yang tidak selamanya berlaku dalam realita keorganisasian di kabupaten Maros hari ini. Tidak jarang kita menemukan sikap seorang aktivis yang mengatasnamakan perjuangan namun pada akhirnya menjual hak-hak rakyat. kita juga sering menemukan aktivis yang berteriak di tengah jalan tentang kebijakan pemerintah tapi ketika ditanya tentang solusi, dia tidak bisa bergumang. 

Sudah saatnya para aktivis Maros mendaur ulang strategi dan tujuan perjuangan yang sebenarnya, berfikir ekstrim sangat penting dalam gerakan, tapi bersikap ekstrim sudah harus diperhalus dan dipoles menjadi aroma melati yang dapat membuat orang lain menerima kritikan dan solusi yang ditawarkan dengan besar hati.


SAFARUDDIN


Maros, 25 Februari2015


Tidak ada komentar: