Senin, 28 September 2015

AKTIVIS DAN MANAJEMEN WAKTU


“kenapa kamu tidak mau bergabung dalam organisasi kemahasiswaan?”. Tanya seorang pimpinan salah satu  organisasi kepemudaan di kabupaten Maros pada suatu hari. “saya tidak mau masuk karena kebanyakan teman-teman saya yang aktif di lembaga eksternal kampus, jarang masuk kuliah dan kalaupun masuk, dia hanya duduk paling belakang dengan wajah yang kusut seperti orang yang semalaman tidak dapat bantal”.

“Belum lagi” lanjutnya.  Kalau dibuka kesempatan untuk berdiskusi, dia asal bunyi dan tidak jarang bernada kasar pada dosen  saat mengeluarkan pendapat. Bahkan menurut teman-teman, sebagian besar mahasiswa yang aktif dalam organisasi luar kampus terlambat dalam penyelesaian kuliahnya”. Jawab mahasiswa yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Maros dengan nada menjelaskan.

Cuplikan di atas memberikan gambaran sederhana tentang citra seorang aktivis kampus di mata sebagian mahasiswa dan masyarakat umum. Bahwa seorang aktivis kerjanya begadang pada malam hari sampai jam satu bahkan sampai jam tiga subuh, kerjanya kadang-kadang membaca, berdiskusi tentang wacana local, nasional, internasional namun kadang juga hanya ngumpul minum kopi berteman dengan HP sambil BBM-an sekaligus tertawa terbahak-bahak tentang sesuatu hal yang kurang bermanfaat. Bahwa seorang aktivis kampus banyak menyia-nyiakan kesempatan belajar di ruang formal di dalam kelas saat semester-semester awal (1,2,3,4)

Setelah lelah tertawa dan ngantuk menyergap mata dan fikirannya, sang aktivis kemudian membaringkan badan di atas tikar tanpa bantal dan tidur pulas sampai jam 11 siang. Alhasil, dosen yang jadwal masuknya jam 8 pagi tidak akan menunggu sang aktivis bangun dari tidur lelapnya. Seorang dosen yang juga mengejar jam belajar tidak punya toleran untuk mahasiswa yang malas masuk.

Bahkan tidak sedikit sang aktivis harus merayap menyelesaikan kuliahnya di akhir semester oleh karena sibuk melakukan perbaikan nilai disemester-semester awal. Bahkan dalam penelitian yang dilakukan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Ekonomi Unismuh Makassar periode 2010-2011 untuk wilayah Makassar tahun 2011 lalu, ditemukan data bahwa kebanyakan aktivis kampus di kota Makassar banyak tidak bisa menyelesaikan perkuliahaan secara normal.

Tentu ini sebuah keprihatinan bagi aktivis kampus. Ada kesalahan dalam mengatur waktu saat seorang mahasiswa memilih untuk jadi aktivis dalam dan luar kampus. Karena banyak disibukkan dengan kegiatan organisasi, akhirnya aktivitas akademik tercampakkan dan penyelesaian studi tertunda sampai bertahun-tahun.

Menjadi seorang aktivis tentu merupakan pilihan intelek bagi seorang mahasiswa dan salah satu syarat menjadi pemimpin masa depan adalah bergelut dalam organisasi, baik internal maupun eksternal kampus tapi juga harus diimbangi dengan kemampuan mencapai prestasi akademik yang baik. Salah satu ukuran pencapaian akademik yang baik adalah selesai dengan tepat waktu (delapan semester).

Seorang aktivis kampus yang baik adalah mahasiswa yang total dalam organisasi intra dan ekstra kampus tanpa menyepelekan nilai Indeks Komulatif Prestasi (IPK), sehingga dapat menjadi tokoh dalam kampus, tokoh di daerah sekaligus dapat membanggakan kedua orang tua dengan menghadiahkan toga saat acara seremonial wisudah.

Sepintas pandangan diatas mungkin terkesan terstruktur dan terlalu baku untuk seorang aktivis, tapi ini merupakan pandangan kritis untuk tradisi menyimpang bagi sebagian besar aktivis daerah Sulsel dan menjadi bahan evaluasi untuk adik-adik yang sementara masih tahap semester awal.

Belajar mengatur waktu sebaik-baiknya dalam setiap aktivitas organisasi dan akademik menjadi syarat utama sukses menjadi aktivis tauladan. Belajar memila dan memisahkan atara kegiatan yang pokok dan kegiatan penunjang kesuksesan,  melaksanakan kegiatan yang paling urgen dan menunda kegiatan yang bisa ditunda serta sebisa mungkin menggunakan waktu sebaik mungkin.

Maros, September 2013


Safaruddin





Tidak ada komentar: