INDONESIA DI POJOK PERADABAN DUNIA
Banyak berkeluh kesah dalam kondisi genting merupakan kelemahan paling besar manusia, menikmati kehidupan yang tersanra juga merupakan sikap egois dan apatis manusia. Keadaan merupakan hasil dari pergulatan sikap manusia, perilaku manusia, dan budaya manusia, sehingga keadaan Indonesia hari ini merupakan hasil pergulatan, perilaku dan budaya manusia Indonesia
Usia kemerdekaan Indonesia secara Konstitusi sudah cukup dewasa – terhitung dari tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang, namun sampai saat ini, Indonesia masih sangat terbelakang dibanding dengan Negara-negara Asia lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Negara tetangga lainnya. Apa yang salah dengan Negara kita?. Pertanyaan itu cukup untuk membuat parah ahli politik, ahli ekonomi dan ahli Budaya Indonesia untuk berpikir keras, cukup membuat para akademisi kebakaran jenggot di siang bolong
Beberapa forum diskusi telah membedah pertanyaan ini, hingga menemukan hipotesis yang bermacam-macam. Sebagian orang mengatakan bahwa yang salah dalam Negara kita ini adalah system yang diterapkan, system yang ada di Negara ini tidak bertujuan mengsejahterakan rakyat secara merata melainkan hanya kelompok elit (rakyat menengah ke atas). Sebagian lagi beranggapan bahwa bukan system yang salah dalam Negara ini melainkan manusianya, system hanya produk, sedangkan yang menciptakan produk ini adalah manusia, olehnya itu yang salah adalah manusia Indonesia
Tidak jarang juga kelompok diskusi kampus yang ekstrim berpandangan bahwa; yang salah adalah pendidikan Indonesia, yang nota benenya tidak mencerdasakan generasi muda melainkan hanya melakukan proyek pembodohan dari asing, sehingga para pejabat Negara yang dididik dalam lembaga pendidikan hanya berorentasi untuk memperkaya diri dengan menggunakan segalah cara, termasuk cara yang berbenturan dengan aturan-aturan yang ada.
Untuk kondisi saat ini, kita tidak seharusnya berada pada lingkaran api yang tidak terputus, tidak lagi terkunci pada pernyataan salah atau tidaknya system, manusia dan pendidikan yang sudah berjalan seperti saat ini. kita sudah harus menemukan antitesa untuk setiap pernyataan salah yang ditujukan pada system politik, manusia dan pendidikan Indonesia
Bahwa, jika system yang salah kenapa para nasionalis tidak melakukan restorasi system seperti yang dilakukan Jepan saat erah kejatuhannya, mental manusia yang buruk kenapa tidak dilakukan revolusi mental degan secara tertib membuat aturan dan melaksanakan aturan dengan konsisten, jika pendidikan yang keliru kenapa para akademisi, para professor dan doctor tidak melakukan revitalisasi pendidikan yang lebih dapat diandalakan menjemput setiap perubahan social di kanca nasioanl dan internasional?
Kehidupan hari ini sesungguhnya di cetak oleh jaman sebelumnya, perjalanan sejarah memang mutlak adanya, tidak ada seorangpun yang dapat menahan atau menunda perjalann sejarah itu, namun setiap sejarah pasti akan dipengaruhi oleh sikap, laku dan budaya manusia. Kondisi Indonesia yang semakin dipojokkan oleh perubahan global tidak terlepas dari traumatis sejarah yang panjang
MENTAL TERPENJARA
Ratusan tahun silam, sebelum nama Indonesia melekat dalam diri ibu pertiwi kita ini, ibu pertiwi dikenal dengan nama Nusantara, ibu pertiwi sangat terpandang di seluruh plosok dunia, dikenal sebagai Negara/kerajaan Maritim, yaitu Negara/kerajaan yang mendudukkan kekuatan ekonomi, politik dan teknologinya pada laut, sehingga para Negara/kerajaan asing tidak berani datang mengganggu ketenangan ibu pertiwi
Setiap usia pasti akan menemui ajalnya tanpa seorangpun yang tahu. Setiap pradaban pasti akan menemui keredupannya tanpa seorangun dapat mencegah. Wibawah ibu pertiwi perlahan redup di mata Negara/kerajaan asing, pada abad ke-15 orang asing sudah mulai masuk ke Nusantara dengan alasan perdagangan dan kerja sama internasional. Puncaknya pada tahun 1511 M. ibu pertiwi, lewat Selat Malaka diduduki oleh Negara/kerajaan asing, celakanya, Selat Malaka diduduki melalui jalur laut, yang berarti wibawa maritim ibu pertiwi telah dirampas. Keberanian orang asing masuk ke Nusantara mengusik kejayaan sebenaranya berawal dari kemerosotan mental, moral dan pengetahuan para keturunan raja, mereka hanya berlihai-lihai dalam kenikmatan, berpesta pora bersama minuman keras ditemani perempuan, mengandalakan kebesaran raja dan memungut Sima dari penduduk mereka hidup bermalas-malasan
Sejak periode ini, mental rakyat Ibu Pertiwi telah terpenjara, perlahan kepercayaan diri dan sikap nasionalisme rakyat hilang. Semua yang berbauh Barat selalu dianggap hebat dan tidak boleh diganggu meskipun di tanah kelahiran sendiri. Untuk memeilihara status sosialnya, para bangsawan tidak segan-segan menjilat dan meyerahkan harga dirinya, mereka menjadi tameng dada bagi orang asing dan menggunkana tangan dan kaki kelompok berandal untuk mengamankan setiap reson caos rakyat kecil.
Selama ratusan tahun ibu pertiwi dijajah sehingga hampir seluruh rakyat beranggapan bahwa orang Barat merupakan manusia Istimewa yang diciptakan tuhan, ketidak percayaan itu terlihat sampai sekarang, baik dalam kacamata ekonomi, politik, pengetahuan dan teknologi. Dari segi pertahanan nasional, pemerintah lebih memperkuat kekuatan angkatan darat dibanding angkatan laut (maritime) dan udara. Dari segi ekonomi, hanya 6% orang Indonesia yang bergelut dalam wira usaha dan perdagangan, selebihnya menjadi pengangguran, karyawan dan PNS. Dari segi pengetahuan, generasi pelanjut lebih memikirkan Output semuh pendidikan (ijasa-pekerjaan) bukan nilai dari proses menimbah ilmu, dari segi teknologi sendiri, kita selalu terlambat 10 tahun dari temuan teknolohi dunia.
CENGKRAMAN TEORI KETERGANTUNGAN
Kita tentu tidak lupa dengan politik balas budi Belanda untuk Indonesia, salah satu isi dari tiga sub kebijakan itu adalah balas jasa pendidikan, Belanda menawarkan model pendidikan konvensional untuk generasi Indonesia, dengan alasan mengikuti perkembangan zaman, tawaran itu diterima banyak kalangan, padahal itu merupakan strategi siluman untuk membumi hanguskan pendidikan pessantren yang dilakukan para kiyai, menghilangkan pengaruh pendidikan padepokan yang ditinggalkan hindu, dan pendidikan kejawen oleh para abangan.
Wajah Soeharto tentu tidak bisa hilang dari mata kehidupan Indonesia, beliau adalah presiden ke-dua setelah berhasil menumbangkan Soekarno dengan bekerja sama Amerika Serikat. Ini sama sekali bukan tuduhan, ini adalah fakta sejarah yang tidak bisa lagi disembunyikan. Awal kekuasaannya beliau meminjam dana dari Word Bank dan IMF dengan alasan pembangunan (devlopmentalisme) dan membantu menstabilkan kondisi ekonomi Nasional Indonesia. BD dan IMF dengan senang hati menerima permohonan Soeharto oleh karena alasan kepentingan sekutu terhadap Indonesia, bantuan dana yang sebelumnya ditolak mentah-mentah oleh Soekarno justru diminta oleh Soeharto
Soeharto juga melamar ke PBB untuk kembali bergabung setelah Soekarno memutuskan untuk keluar saat beliau mengetahui maksud dan tujuan didirikan PBB, dalam pangkuan PBB inilah, Indonesia dibelenggu secara politis, dan lengkaplah penjarahan yang dipasang Negara Suverior untuk Indonesia. Sehingga teori ketergantungan secara total telah mencengkram Indonesia. Pendidikan lokalitas yang dibangun oleh kepercayaan-kepercayan local, agamawan Hindu dan Islam telah ditumbangkan, kemudian digantikan dengan system pendidikan konvensional. Ekonomi kerakyatan yang telah dibangun Soekarno telah dimusnahkan dengan dalih pembangunan dan modernism, digantikan dengan system ekonomi kapitalisme ala Barat. Kekuatan politik yang dibangun para pejuang telah dikubur dengan teori konspirasi asing, kemudian digantikan dengan system politik demokrasi liberal ala Barat
Pendidikan, Ekonomi dan Politik Indonesia memang sejak dulu sudah menjadi bagian dari konspirasi global untuk dipenjarakan, untuk lepas tentu membutuhkan waktu yang tidak pendek, membutuhkan kemampuan yang maha tinggi dan membutuhkan kemauan yang konsisten.
Safaruddin